Sabtu, 12 April 2014

Perokok Pasif Lebih Bahaya?

Bulan lalu simbah ngobrol santai dengan salah seorang teman yang menjadi pegawai di perusahaan tempat simbah bekerja. Beliau menceritakan ihwal ujian skripsinya yang kala itu meneliti tentang bahaya rokok. Penelitiannya menggunakan tikus percobaan, dengan model penelitian dilakukan di lab.

Ketika ujian, seorang penguji mengajukan pertanyaan:
"Fakta di lapangan, perokok pasif itu memiliki resiko terkena penyakit lebih besar daripada perokok aktif. Kalo begitu bagaimana menurut anda? Menjadi perokok aktif ternyata lebih sehat..."

Teman simbah bercerita, saat itu dia berpikir keras. Dan jawaban yang harus disampaikan harus jitu. Percuma saja meneliti bahaya rokok jika ternyata dengan merokok lebih sehat dibandingkan dengan orang di sekitarnya.

"Saya tidak setuju dengan pernyataan bapak," kata teman simbah.
"Kenapa tidak setuju?" tanya penguji.

"Begini pak. Seorang perokok aktif, itu tidak mungkin hanya perokok aktif saja. Karena asap yang dia hisap lalu dikeluarkan itu dihisap lagi. Kan dia masih berada di tempat dia merokok. Kecuali dia merokok lalu asapnya dimasukkan kaleng lalu ditutup, maka dia hanya perokok aktif. Kalau tidak, maka dia perokok aktif sekaligus perokok pasif. Maka resiko terkena penyakitnya lebih besar." terang kawan simbah tersebut.

"Betul juga kamu ya...." sang penguji puas dengan jawaban tersebut. Dan teman simbah lulus tanpa perbaikan dengan nilai memuaskan.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada yang namanya perokok aktif murni. Perokok aktif biasanya juga sekaligus perokok pasif.

Selasa, 01 April 2014

Es Pe

Adalah si Paidul, karyawan sebuah pabrik kathok kolor, sudah tiga hari tidak masup kerja tanpa adanya sura keterangan sama sekali. Maka ketika dia masuk, sang Bos pabrik marah besar dan menegur kelakuannya. Si Paidul diam tertunduk, dia merasa bersalah dan minta maaf pada sang Bos. Si Bos mau menerima permintaan maafnya. Namun agar kelakuan si Paidul tak terulang, si Bos kasih Surat Peringatan alias SP pertama.
Pabrik kathok kolor si Bos memiliki 3 SP yang jika sampai SP ketiga perilaku karyawan tak berubah, maka perusahaan berhak memecat si karyawan tanpa uang pesangon. Mendapat SP satu, Paidul bukannya sadar malah nggrundel.

"Ha wong kita lagi ada perlu, mosok gak boleh absen," gerutunya. Padahal yang dimasalahkan si Bos bukan masalah keperluan si Paidul, namun tidak adanya ijin pemberitahuan itu yang menjadi masalah. Jika ada pemberitahuan, sebenarnya si Bos bisa memaklumi.

Seiring berjalannya waktu, si Paidul bukannya makin tertib namun malah tambah gak karuan. Suka ngilang di jam kerja, suka telat dengan beragam alasan, dan akhirnya dipanggil Bos lagi. Turunlah SP kedua. Paidul tambah dongkol. SP kedua bukannya menyadarkan tapi malah makin bikin brutal. Akhirnya turunlah SP ketiga, dilanjutkan skorsing tanpa gaji selama sebulan. Diharapkan si Paidul mau berubah dengan hukuman tersebut.

Namun apa mau dikata, setelah SP ketiga dan skorsing, Paidul makin berani dengan Bosnya. Makin terang-terangan menentang aturan, dan makin tidak mau diatur. Akhirnya turunlah SK pemecatan tidak hormat tanpa pesangon.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya Allah swt seringkali memberikan SP kepada kita. Batas jumlah SP nya tak terbatas hanya tiga, bisa puluhan, ratusan bahkan ribuan. Allah lebih sabar dibandingkan Bos pabrik kathok kolor. Hanya saja kendablegan manusia seringkali lebih parah daripada si Paidul.

Sebut saja kang Dimpil, perokok kelas kakap. Sudah batuk 3 bulan gak berhenti. Foto ronsen menunjukkan tumpukan nikotinnya sudah brutal. Dinasehati dokter agar berhenti merokok, namun gak digubris. Jatah sehari 3 bungkus tak berkurang kuotanya. Dia beralasan, "Tembako itu kan diciptakan Allah untuk dimanfaatkan. Yang penting baca bismillah sebelum udud kan selesai. Kalo masalah mati, semua pasti mati. Kita jalani saja takdir kita."

Sebulan kemudian batuk kang Dimpil makin parah, bahkan disertai sesak nafas. Hasil foto ronsen terakhir menunjukkan ada kanker. Namun kang Dimpil gak mau terapi. Dokter mengingatkan bahwa kankernya bisa nyebar ke leher sehingga berpotensi mengganggu jalan nafas dan makanan. Namun ancaman penyakit di depan mata hanya mampu mengurangi kuota rokok cuma sebungkus, sehingga sehari tetep habis 2 bungkus.

Dua bulan berikutnya, kanker kang Dimpil mulai menyerang. Makan gak bisa, nafas kesusahan. Maka dibuatkan satu lobang di leher agar bisa bernafas lewat lobang itu. Sedangkan makan harus cair agar bisa ditelan. Hebatnya, lobang kecil di leher buat bernafas itu pun masih saja dijejeli udud untuk menghabiskan kuota udud yang sudah berkurang menjadi sebungkus. Masih dengan keyakinan sama, baca bismillah dulu, maka penyakit nyingkir.

Setengah tahun kemudian, kang Dimpil kena stroke. Makan harus lewat selang di hidung, nafas pakai lobang di leher, dan baru bisa berhenti udud. Bukan berhenti, namun dihentikan keadaan. Mungkin dalam hatinya kang Dimpil ya misuh-misuh gak bisa udud. Sementara kankernya makin mengganas kemana-mana. Dan yang bikin makin kasihan, kok gak mati-mati. Sehingga detik demi detik dilewati penuh siksaan.

Setelah genap tiga bulan, kang Dimpil wafat. Kematiannya tidak disambut tangisan sedih. Justru yang ada seluruh anggota keluarga lega, akhirnya kang Dimpil bisa mati juga. Karena saking kondisinya sudah menyedihkan, tapi kok gak mati-mati.

Kang Dimpil adalah tokoh yang sangat teguh dengan kendablegannya, sehingga SP dari Allah dikirim berulang-ulang tak digubris. Dari sejak SP batuk mengguk, SP sesak nafas, SP kanker, SP trakheostomi bikin lobang nafas, hingga SP stroke semua dipahami bukan akibat dari udud. Bahkan ketika "SP gak bisa udud" diturunkan pun disambut dengan misuh-misuh dalam hati.

Manusia, ahli medis, pemerintah dan masyarakat hanya mampu bikin SP (baca: peringatan) di bungkus rokok. Namun keputusan ada di tangan perokok, mau dikasih berapa SP. Ada yang baru SP satu berupa batuk mengguk sudah ngeh dan langsung paham. Ada juga versi tangguh bin dableg ala kang Dimpil yang nlyedubh udud hingga tarikan nafas penghabisan.

Btw, tulisan: "Merokok Membunuhmu" di kemasan rokok itu sebenarnya lebih banyak memberi efek kocak daripada efek sangar. Orang akan menjawab ala jawaban kang Dimpil, "Kalo sudah takdirnya mati ya mati saja." Tulisan yang dulu sebenarnya sudah memadai. Masalah bikin takut atau tidak itu urusan pribadi masing-masing.

Kendablegan ala kang Dimpil sebenarnya tidak hanya di kasus rokok. Dalam hal jaga makan bagi penderita kolesterol dan diabet juga berlaku. Atau bagi pelaku maksiat. Allah senantiasa kirim SP secara berkala. hanya saja SP yang turun sering tak terbaca hingga tidak digubris. Hingga akhirnya turun SP pamungkas.....

Senin, 17 Maret 2014

Golongan Intoleran

Dalam sebuah sesi tanya jawab, seorang pakar intelek ditanya seputar adanya aksi segolongan orang yang dianggap intoleran, yang sering dianggap membuat onar.

Penanya  : "Bagaimana menurut anda, aksi-aksi sekelompok orang yang suka memaksakan kehendak itu?"
Intelek    : "Mereka ini golongan intoleran. Tidak mau menerima perbedaan. Saya gagal paham dengan kelompok ini.."

Penanya  : "Maksudnya gimana?"
Intelek    : "Ya, sebagai satu masyarakat yang majemuk, hendaknya kita mau saling toleransi dan saling memahami pendapat satu dengan yang lainnya. Sehingga tercipta kerukunan."

Penanya  : "Jadi harus saling memahami ya?"
Intelek    : "Benar sekali."

Penanya  : "Tapi mengapa anda tadi bilang bahwa anda gagal paham dengan kelompok ini?"
Intelek    : "eh... maksudnya begini.. anu.. jadi saya gagal memahami aksi mereka yang tak mau bertoleransi dengan perbedaan pendapat. Apa-apa ditanggapi dengan kekerasan. Ini bahaya. Paham seperti ini harus diberantas dan tidak bisa ditolerir.

Penanya  : "Maksudnya tidak bisa ditolerir bagaimana?"
Intelek    : "Yah, anda tahu lah maksudnya. Mosok harus dijelaskan lagi."

Penanya  : "Apakah maksudnya tidak bisa ditolerir itu berarti paham mereka sama sekali tak bisa diterima?"
Intelek    : "Tentu saja. Apanya yang mau ditolerir?"

Penanya  : "Lalu siapa yang intoleran disini? Anda atau mereka? Dan siapa yang harus memulai saling memahami? Katanya anda gagal paham dengan kelompok lain itu?"
Intelek     :  .................................. (Telan kolomenjing)

Kata-kata intoleran, saling memahami, kemajemukan, dan segudang kata-kata kosong tak bermakna sering dipakai sebagai retorika gombal. Jangan sampai anda mau diglembuk. 

Senin, 10 Maret 2014

Tanggung Jawab Umat Islam

Seorang kyai bercerita kepada santrinya:

"Pada suatu hari ada gerobak yang ditarik seekor sapi, dengan dikemudikan oleh seorang petani. Petani ini mengangkut puluhan ekor monyet yang hendak diamankan karena sering mengganggu tanaman pak petani. Di dalam perjalanan, tiba-tiba gerobak tersebut menemui jalan terjal yang mendaki. Padahal di sekitar tanjakan itu menganga jurang yang dalam. Di saat mendaki tanjakan terjal tersebut, si sapi tiba-tiba ngadat. Dia tak mau berjalan, dan gerobagpun terancam oleng dan bisa masuk ke dalam jurang. Pertanyaannya, apa yang seharusnya dilakukan petani yang mengemudikan gerobag itu?" tanya pak kyai pada santrinya.

"Petani itu harusnya memaksa si sapi agar mau berjalan" jawab santri.
"Mengapa? Kenapa tidak minta bantuan kepada si monyet? Atau memaksa monyet mengerjakan tanggung jawab itu?" tanya pak Kyai.

"Karena keselamatan seluruh isi gerobak itu ada pada geraknya si sapi. Sehingga kalau perlu, pak Tani harus memecut si sapi agar mau jalan. Kalau tidak, maka gerobak itu bisa masuk jurang. Kalau si monyet, jelas-jelas dia tidak akan bermanfaat apapun bagi keselamatan gerobag itu. Justru keselamatannya bergantung pada kerja si sapi" terang si santri.

"Jawaban yang bagus nak," puji pak Kyai puas atas jawaban santrinya. "Itu merupakan gambaran umat Islam. Umat Islam memegang tanggung jawab atas keselamatan umat lain di muka bumi ini. Jika umat Islam bergerak dengan dakwah sebagaimana dakwahnya para Nabi terdahulu, maka dunia dan seisinya beserta munyuk-munyuknya akan selamat. Namun jika umat Islam tidak mau menjalankan tugasnya, Allah akan kirim peringatan keras agar umat Islam mau bergerak sesuai tugas yang diemban. Bisa jadi pecutan ujian, cemeti bencana, teguran musibah dan yang lainnya akan menimpa umat Islam, sebagai pengingat bahwa keselamatan dunia ada pada gerak mereka. Gerak sebagaimana telah dicontohkan oleh generasi dakwah yang terdahulu."

"Berarti umat Islam memegang amanah tanggung jawab yang berat ya kyai?" tanya santri.
"Benar nak," jawab Kyai.

Mari kita lanjutkan kerja dakwah ini. Karena Allah mengancam, jika amar ma'ruf nahi munkar dihentikan maka Allah akan ratakan bencana di mana-mana. Dan di saat umat Islam berdoa, doanya tidak akan didengar. Sungguh ancaman yang serius. Mengapa? Karena di tangan umat Islamlah tanggung jawab keselamatan dunia dan akhirat warga dunia ini diletakkan.

Wallahu a'lam.

Jumat, 07 Maret 2014

SIMPLICITY IS GENIUS

Di depan audience para petani cengkeh, kang Dalno Marem yang sarjana pertanian bertitel doktorandus, menjelaskan bagaimana petani cengkeh itu seharusnya merawat tanaman mereka.

"Bapak dan ibu sekalian, sebagaimana kita ketahui bahwa Eugenia aromaticum merupakan tanaman rempah yang sangat penting dalam percaturan trading internasional. Semua yang hadir disini merupakan komponen penting yang secara integral memiliki andil konkret dalam menentukan arah globalisasi internastional market. Untuk itu sampeyan semua harus menyadari bahwa, intensifikasi tanaman ini membutuhkan konsentrasi yang serius, mengingat pengembangan Eugenia aromaticum ini mulai memasuki era teknologi yang sophisticated," Drs. Dalno Marem dengan berapi-api setengah muncrat memberikan arahan dengan menggunakan bahasa rodok ra ngambah lemah.

Mbah Karyo Kliwon yang jebolan SD cuma plonga-plongo setengah ngowoh mendengar penjelasan Drs. Dalno Marem yang gegap gempita itu. Demikian juga mbah Pawiro Sableng yang pernah njebol SD, hanya lolhak-lolhok ngempet ngelu sambil mbatin, "Iki jane ngomyang opo tho?"

Ada kesenjangan bahasa yang terjadi di antara kang dalno Marem dengan audience. Entah apa alasannya, penggunaan bahasa 'alien' ala kang Dalno Marem ini justru tidak efektif guna menjelaskan sesuatu ke audience yang tingkat pendidikannya hanya jebolan SD atau njebol SD. Kang Dalno Marem mungkin lupa bahwa yang dihadapi adalah orang awam. Atau memang dia memiliki niat hendak menunjukkan kepintarannya di hadapan petani asuhannya. Mungkin dia masih dendam, dimana saat kuliah suka diejek orang-orang sekitarnya : "Oalah mas, gur arep macul wae sekolah duwur-duwur" (Cuma mau macul saja sekolahnya tinggi amat).... "Mung arep tani wae kok ndandak titel dokterambles" kata yang lain.
Sehingga untuk ajang pembuktian bahwa dia bukan orang bodoh membutuhkan ekspresi. Dan ekspresi yang dia tunjukkan adalah dengan menggunakan bahasa yang lebih memusingkan dari kode semaphore.

Einstein justru memberikan penjelasan yang lain. "Simplicity is genius" katanya. Kesederhanaan itu genius. Jika sampeyan bisa menjelaskan hal rumit ke anak umur 6 tahun, maka sampeyan genius. Menjelaskan perkara kepada anak kecil membutuhkan bahasa yang simpel. Menyimpelkan keterangan merupakan kegeniusan.

Dokter yang cerdas bukanlah dokter yang bisa ngoceh dengan bahasa latin kepada pasiennya, kecuali pasien orang latin sono. Dokter yang cerdas adalah dokter yang mampu mengkomunikasikan deskripsi penyakit yang rumit menjadi bahasa yang mudah dicerna oleh pasien awam.

Demikian juga dengan pejabat dan pemegang keputusan pemerintahan. Pemerintah yang genius adalah pemerintah dengan pejabat yang mampu membahasakan programnya dengan bahasa sederhana dan BIROKRASI YANG SEDERHANA. Jika tidak, maka pemerintahan ala Dalno Marem ini hanya berkualitas bisa "ngedalno asal marem".... sebelas duabelas dengan ngising.

Allah subhanahu wa ta'ala Yang Maha Pandai dan Maha Tahu, dengan Pengetahuan Tak Bertepi-Nya, berkomunikasi dengan bahasa sederhana yang terekam dalam Al Qur'an. Penciptaan semesta yang rumit, diterangkan dengan sangat sederhana tapi dahsyat makna. Dan manusia yang sangat kompleks sifat dan karakternya, diberi aturan yang sangat simpel.

"Allah menghendaki kemudahan untuk kalian, dan tidaklah Dia menghendaki kesukaran untuk kalian.." (Al Baqarah ayat 185).

Namun dasar manusianya type Dalno Marem, maka diberi kemudahan malah menghendaki kesukaran. Aturan Allah yang simpel diubah menjadi Kitab Undang-Undang yang ruwet dan njlimet. Hidup yang sederhana dibuat rumit. Al Qur'an yang memudahkan justru dituduh mempersulit. Dasar manusia berpenyakit....

Gambar diculik dari sini: http://www.thecoachkexperience.com/genius-is-found-in-simplicity/

Selasa, 04 Maret 2014

RIDHO DAN CINTA ALLAH

Kang Dungkel sudah lama kasmaran sama Yu Gembuk. Sudah beberapa upaya dilakukan kang Dungkel untuk menarik hati yu Gembuk. Namun sampai detik ini, hati yu Gembuk belum tergoyahkan. Namun kang Dungkel tak patah arang.

Entah apa yang sudah dilakukan kang Dungkel, yang jelas segala upayanya belum membuahkan hasil. Kang dungkel memikirkan, hal apa yang rasanya nikmat dan pantas diberikan yu Gembuk. Pernah terbersit ide, untuk memberikan bingkisan makanan. Maka yang langsung terbayang di otak kang Dungkel adalah Semur Jengkol, kuliner dahsyat ala rakyat yang kaya dengan aroma memikat yang merupakan menu paporitnya. Diolahlah jengkol pilihan hasil seleksi dari 7 pasar sayur berbeda. Dibumbui dengan bumbu spesial ala chef Dungkel. Dan dikirimlah sang semur itu dengan senyum lebar dan keyakinan bahwa yu Gembuk sebentar lagi pasti takluk.

Esoknya kang Dungkel dengan penuh kecewa mendapati Semur jengkolnya ada di meja mbah Gambus. Mbah Gambus bilang dikasih sama yu Gembuk, karena dia sangat anti sama jengkol. Pernah mencoba menyukai malah murus dan kencing beling.

Kang Dungkel tak putus asa. Dicobanya memberi hadiah yang lain. Maka terpikirlah ide hebat, yakni ngasih kaos bola. Tim paporitnya adalah Liverpool. Hal ini karena livernya pernah sakit kuning dan diselamatkan oleh mantri desa, maka saat dengar ada klub Liverpool kang Dungkel langsung suka... (jian ra cetho tenan..). Dikirmkanlah kaos jersey Liverpool. Dan seminggu kemudian jersey itu sudah dipakai lik Karyo Setliko buat macul di sawah. Saat ditanya kang Dungkel, lik Karyo Setliko bilang dikasih oleh yu Gembuk. Karena yu Gembuk itu tim klangenannya Manchester City, gara-gara sama-sama ada kata "Siti" nya sebagaimana nama lengkap yu Gembuk, yaitu Siti Gembuk Rahayu... (podo ra cethone)..

Yah, kisah di atas cuma ilustrasi, bahwa jika sampeyan mau membuat senang hati orang maka sampeyan harus tahu apa yang membuat hati orang itu senang. Jadi menyenangkan hati orang lain itu bukan dengan sesuatu yang kita senangi. Karena yang kita senangi belum tentu bisa mbikin hati orang lain senang, atau belum tentu seleranya sama.

Kang Dungkel belum berhasil menggaet hati yu Gembuk dikarenakan dia mencoba menarik hati yu Gembuk dan ingin membuat yu Gembuk ridho dengan sesuatu yang kang Dungkel sukai. Padahal yang kang Dungkel sukai itu belum tentu disukai yu Gembuk. Kalo tips edan ala kang dungkel ini diterus-teruskan, bisa-bisa yu Gembuk keburu digaet orang yang paham bagaimana menyenangkan hati yu Gembuk. Harusnya kang dungkel mencari-cari informasi, hal apa yang sekiranya membuat hati yu Gembuk senang, bahagia dan ridho.

Hal ini sama persis dengan penyembahan kepada Allah. Untuk membuat Allah ridho dan mau menerima ibadah kita, maka kita hendaknya melakukan hal-hal yang membuat Allah suka, senang dan ridho. Apa yang membuat Allah suka dan ridho, sudah Allah beritahukan melalui wahyu yang diterima Nabi. Jadi kita tidak disuruh mencari-cari sendiri cara agar Allah ridho.

Setelah tahu hal-hal apa saja yang membuat Allah suka dan ridho, maka tempuhlah cara tersebut. Jadi menyembah Allah dan mencari ridho Allah itu dengan cara dan sesuatu yang disuka dan diridhoi Allah. Bukan dengan sesuatu yang sampeyan atau para manusia bikin dan cari-cari sendiri.

Jadi jangan mencari ridho Allah dengan slulup mbanyu kali kedhung, kalo memang cara itu tak pernah Allah informasikan sebagai cara yang disenangi-Nya. Atau dengan cara puasa ngebleng, yang seakan menunjukkan tanda setia sama Allah, padahal sebenarnya cara itu amat dimurkainya.

Jangan menyembah Allah dengan cara spekulatip. Karena cara menyembah yang jelas dan pasti sudah Allah jelaskan melalui wahyu. Dan tidak ada wahyu lagi sepeninggal kanjeng Nabi, sehingga jangan tertipu oleh dukun semprul yang ngaku-ngaku menerima pangsit dan tahu.. eh.. wangsit dan wahyu, bahwa ada cara ngibadah baru yang prakteknya nganeh-anehi. Dari disuruh mbeleh pithik cemani hingga nyembelih serigala bermata tiga dilakoni semua. Padahal itu cuma akal-akalan dukun semprul dalam nyari duit.

Cinta dan Ridho Allah sebagai Sesembahan hanya akan datang jika si penyembah melakukan hal-hal yang dicintai dan diridhoi dari pihak Yang Disembah, dan bukan melakukan sesuatu yang disukai dan diridhoi pihak penyembah. Jadi, jangan terbalik... nyembah Allah seenak udel sampeyan. Itu namnya sampeyan nyembah diri sampeyan sendiri.

Rabu, 26 Februari 2014

Pulang Kampung

Sudah lama simbah tinggal di komplek dan bertonggo-teparo dengan warga petani sayur yang tinggal di sekitar komplek. Warga petani sayur ini adalah pendatang, bertani di lahan kosong dan tinggal di komplek yang dinamai sebagai "gubugan". Sesuai namanya, rumah yang berdiri merupakan gubug-gubug reyot yang bisa dibayangkan sampeyan mungkin akan susah memejamkan mata istirahat di tempat itu.

Gubugnya pendek, terbuat dari potongan-potongan kayu bekas dan lantainya tanah, dimana kalo musim hujan begini akan terasa mujahadahnya tinggal di lokasi tersebut. Beberapa lokasi yang letaknya rendah, warga gubugan harus sering ngungsi karena air banjir bisa sampai setinggi pinggang mereka. Dan jika tidak banjir, mereka harus berjibaku mencegah pertumpahan darah akibat serangan nyamuk.

Hanya saja, kehidupan miris dan getir ala kere warga gubugan ini seringkali kontras dengan kondisi rumah mereka di kampung. Walaupun tidak semua, namun sebagian dari warga gubugan ini merupakan keluarga yang tidak bisa dikatakan mlarat di kampungnya. Rumah-rumah mereka besar dan luas. Sebagiannya memiliki mobil. Dan hebatnya, motornya selalu update. Tiap kali ada motor baru keluar di pasaran, mereka selalu sudah punya. Beda dengan motor butut simbah yang sudah butut berdebu, hingga bisa dipastikan kalo susah cari air di perjalanan, simbah tak perlu susah mencari debu buat tayamum. Tinggal nemplokne tlapak tangan ke jok, beres dah...

Waktu yang selalu mereka tunggu adalah saat datangnya lebaran. Selama hampir sebulan mereka menghabiskan waktu di kampung. Selain menghabiskan waktu, mereka juga menghabiskan duit yang telah mereka kumpulkan selama setahun. Mereka belanjakan uang hasil jerih payah selama setahun kerja di kota, seakan tidak ada hari esok. Sehingga tidak ada pikiran buat nabung atau menyimpan buat hari esok atau hari tua. Semua habis dalam waktu beberapa hari. Jika sudah habis, ya besoknya ke kota nyari duit lagi.

Simbah mengambil pelajaran dari siklus warga gubugan ini. Betapa mereka selama setahun mau bersusah payah hidup di bawah standar dan meninggalkan kenyamanan rumah megah mereka di kampung, demi menikmati lebaran yang mereka nikmati selama sekian hari di istananya di kampung. Kebanjiran, basah kuyup, tidur seadanya dibrakoti nyamuk, rumah pengap dan sekian banyak mujahadah hidup ditanggung demi membawa bekal untuk bersenang-senang di saat lebaran tiba di kampung.

Simbah rasakan itu merupakan miniatur kehidupan di dunia dan akherat. Aslinya, rumah saya, sampeyan dan kita semua adalah di kampung akhirat. Kita di dunia ini ibarat merantau mencari bekal buat pulang kampung sebagaimana warga gubugan tetangga simbah. Selama mencari bekal ini, jangan berpikir mau tidur nyenyak, bikin rumah permanen, hidup nyaman ataupun bermeah-mewah. Karena jika begitu, maka kehidupan perantauan bisa bikin lupa kampung halaman. Di perantauan kita dituntut banyak mujahadah. Mampir ngombe yang sebentar, seharusnya tidak menjadikan kita lupa diri sehingga lalai dari perjalanan menuju kampung halaman.

Jadi kalau sekarang hidup sampeyan mlarat dan penuh mujahadah, jangan minder. Ini bukan kampung halaman asli sampeyan. Ini cuma perantauan dalam mencari bekal. Apa yang ditumpuk manusia di sekitar sampeyan bukanlah bekal yang sesungguhnya untuk pulang kampung. Bekal untuk pulang kampung justru ada pada apa yang telah mereka tabung untuk perjalanan menuju kampung halaman. Maka yang harus menjadi fokus saya dan sampeyan adalah, "Sudah nabung berapa buat berhari raya di kampung akherat kelak?" Kampung dimana merupakan tempat menikmati hasil jerih payah seakan tidak ada hari esok. Dan sejatinya memang saat itulah hari esok yang sesungguhnya.

Senin, 24 Februari 2014

ILMU SEBELUM AMAL

Kang Dudul yang tamatan SD beberapa hari ini lagi rajin ndakwahi konco-konconya. Setiap sore Kang Dudul sudah tampak mendatangi kerumunan-kerumunan orang untuk diajak sholat jamaah ke masjid. Tidak semua orang suka dengan aktipitas kang Dudul. Terutama Kang Dodol yang sarjana ahli Hadits tamatan Medinah. Dianggapnya Kang Dudul adalah orang awam yang belum pantas berdakwah. Menurutnya, kang Dudul masih jahil. Maka suatu ketika Kang Dodol menegur Kang Dudul yang sedang ndakwahi konconya..

Kang Dodol : Maaf Kang, Sampeyan itu sebaiknya ngaji dulu sampe katam, baru ndakwahi orang. Kalo tidak nanti sampeyan bisa sesat dan menyesatkan.

Kang Dudul : Kok bisa begitu Kang? Apa saya harus nunggu katam semua ilmu alat buat dakwah?

Kang Dodol : Ya jelas Kang. Ilmu itu sebelum amal dan ucapan. Jadi sampeyan kudu berilmu dulu, baru ngamal dan ngomong.

Kang Dudul : Maksudnya berilmu itu gimana kang?

Kang Dodol : Ya sampeyan kudu rajin taklim. Mendatangi ustadz-ustadz untuk duduk taklim bareng mereka.

Kang Dudul : Saya mau tanya Kang, sampeyan itu kan guru baca Al Qur'an. Ngaji Al Qur'an itu kan ngamal kang. Dan miturut sampeyan, ngamal itu kan harus dengan ngelmu, benar kan?

Kang Dodol : Benar itu. Ngaji baca Al Qur'an itu kudu berilmu.

Kang Dudul : Sampeyan kan tahu si Tikno Sontrot itu baca Al Qur'annya grothal-grathul. Sampeyan kan juga tahu, ngelmu baca dan tajwidnya kurang. Kenapa sampeyan biarkan dia baca Al Qur'an terus, padahal ngelmunya gak punya? Katanya ngelmu dulu baru ngamal kang...?

Kang Dodol : (sambil agak puyeng) Lho itu dia memang kudu sering baca Al Qur'an, biar nantinya mahir dan berilmu. Justru walaupun grothal-grathul, dia pahalanya berlipat ganda karena bersungguh-sungguh belajar. Makin banyak jam terbang, makin tambah berilmu dan mahir.

Kang Dudul : Saat dia baca grothal-grathul itu dia sudah beramal belum Kang? Dan maksudnya jam terbang itu apa? Bukankah menambah jam terbang itu itu merupakan amal? Padahal dia kan belum berilmu. Katanya ilmu dulu baru amal.

Kang Dodol :  iya itu betul. Jadi dengan seringnya dia baca, maka akan membuat dia pandai dan mahir membaca Al Qur'an.

Kang Dudul : Nah, kalo begitu yang bener "Ilmu dulu baru amal", atau "rajin ngamal dulu baru ntar dapat ngelmu"...??

Kang Dodol gembrobyos setengah modyar. Ha kok bisa kewolak-walik ini gimana tho...
Yah, begitulah. Banyak yang memahami perkataan "Ilmu itu sebelum amal dan ucapan" dengan pemahaman menuntut ilmunya itu dengan ngaji lungguh sedeku, mirengake pak guru menowo didangu. Menuntut ilmu itu dengan taklim dimana si murid menghabiskan waktu duduk diam mendengarkan sang ustadz.

Padahal banyak ilmu yang cara menuntutnya itu dengan cara beramal. Baca Al Qur'an contohnya, makin sering baca, maka makin pinter. Sebagaimana pilot, sopir truck, dokter, dan hampir semua profesi, makin banyak amal dan praktek, atau sebagaimana kata Kang Dodol "Makin tambah jam terbang" maka makin mahirlah dia.

Lha kalo belajar Al Qur'an cuma menthelengi buku ilmu tajwid diapalne sampe katam, tapi gak pernah nyoba baca, ya gak pinter-pinter sampeyan.

Sama dengan dakwah. Harus makin sering dilakukan agar mahir. Tentu saja dengan bimbingan ahli dakwah. Karena dakwah dipelajari dengan amal, bukan dengan duduk sedeku. Belajar dakwah nunggu pinter dan apal kaidah dakwah, sama halnya belajar renang dengan cara baca buku renang sampe katam dan apal. Jlungupke kolam langsung ambles. Ha wong gak pernah njebur. Coba kalo dia gak perlu ngapalne teori tapi jebar-jebur bareng pelatihnya, lebih cepat pinter tentunya.

Agama ini diajarkan oleh Sang penutup Para Nabi dengan cara langsung amal dan dibimbing. Jadi kao sampeyan ustadz lalu melihat banyak orang awam melakukan amal, jangan digembosi. Tapi datangi, diewangi, sampaikan ilmu sampeyan kepada mereka agar saat mereka ngamal tidak salah dengan cara menemani, bukan ngrecoki. Bukan dengan cara "menyalahkan" tapi justru dengan cara "membenarkan".

Benarlah perkataan bahwa "ilmu itu sebelum amal". Namun banyak sekali ilmu yang cara menuntutnya dengan cara beramal. Sampeyan sebenarnya sudah tahu itu. Simbah cuma menuliskan.

Foto dicomot dari sini : https://twitter.com/veravuzy/status/216100108360617984

Sabtu, 22 Februari 2014

RESURRECTION

Resurrection ki opo tho jan-jane? Re : artinya kembali, surrection : artinya urek-urekan. Jadi resurrection itu kembali mbikin urek-urekan. Begitu kira-kira maknanya miturut G'dabroes Dictionary . Mengingat situs pitutur yang tadinya mati suri, dan kemudian ternyata akhirnya di euthanasia secara berjamaah oleh simbah dan Mr. Faraday (a.k.a Mr. Jauhari), maka kebutuhan untuk meletupkan uneg-uneg, simbah tumpahkan di blog baru ini.

Jika melihat untaian hurup K+D4, kebanyakan pembaca akan bertanya, mangsude opo itu? Apakah itu kode angka togel yang mau njedul minggu ini? Atau mungkin rumus kimia senyawa beracun mirip gas tawa? Agar tak penasaran, simbah mau jelaskan sedikit.

Hurup K tetep dibaca "Ka". Simbol '+' tetap dibaca "Tambah", sedang 'D4' dibaca dengan lidah londo blasteran pasar wedhus, sehingga terbaca "Dipo". Maka K+D4 akan terbaca menjadi "Katambahdipo" atau 'Kata Mbah Dipo'.

Blog ini mungkin tidak akan sama dengan blog sebelumnya. Mengingat kesibukan simbah, maka simbah membatasi hanya menulis yang pendek-pendek saja. Mengapa? Karena kalau menulis panjang, sing moco malah ngantuk. Yang nulis juga wegah kalo tahu bakalan cuma bikin ngantuk. Kecuali pembaca yang sudah kecanduan obat tidur, mungkin perlu simbah bikinkan blog semisal itu agar tak selalu ngunthal obat.

Apakah nantinya blog ini akan jarang update seperti sebelumnya dengan alasan simbah sibuk? Semoga saja tidak. Karena ternyata sibuk thok tanpa penyaluran hawa negatip berakibat penumpukan racun emosi. Dengan sedikit menyalurkan hawa racun lewat tulisan di blog, maka kesehatan otak simbah akan menjadi terjaga. Maka bagi para pembaca, jangan heran jika tulisan di blog ini akan sangat berhawa racun negatip. 

Dan tips dari simbah, janganlah blog ini dibaca sambil ngupil, apalagi disertai kili kuping. Jangan dibaca terlalu serius, masalahnya pasien stroke sudah terlalu banyak, sampeyan jangan ikut nambahi. Dan jangan dibaca jika gula darah anda tinggi secara persisten, karena bisa bikin katarak. Jangan dibaca sambil nahan kencing dan nahan boker, apalagi di warnet. Kasihan penjaga warnetnya jika harus disuruh nimpal limbah biologis sampeyan.
Selanjutnya, silakan dikomentari jika mau kasih masukan. Jika tidak ingin kasih masukan, ya komentari saja. Atau jika gak mau komentar, ya kasih aja komentar 'No comment'. Yang penting jari-jarinya ikut berperan secara bebas dan aktif, sebagaimana politik luar negeri Indonesia.