Jumat, 18 Agustus 2017

Proposal Hidup

Setelah kurang lebih 17 tahun menikah, simbah dikaruniai 9 orang anak dan insya Allah sebentar lagi 10. Bagi sebagian orang, jumlah anak 9 adalah jumlah yang fantastis untuk ukuran keluarga abad 21 ini. Anggapan tersebut tentu saja hasil pengkondisian, dimana ditanamkan di benak semua manusia bahwa jumlah anak haruslah sedikit jika mau menghasilkan generasi yang nyakdhut.

Penanaman pemahaman tersebut masih terus berlanjut walaupun sudah berpuluh bahkan beratus kasus terkuak, dimana seorang ibu dibacok anak semata wayangnya karena tak dibelikan motor, atau si bapak yang diancam bunuh karena tak segera menulis surat warisan buat anaknya yang ragil (no.2), atau sang ibu yang terpaksa siang malam banting tulang menghidupi 2 anak SMA nya yang aktif ngePUNK mencukur gundul rambutnya, mengantingi hidung dan lambenya yang persis lambe sumur itu tanpa menghiraukan gaji simboknya yang dibawah UMR guna menghidupi gaya hidup ngepunknya.

Sebagian besar orang ketakutan dengan jumlah anak bukan karena khawatir anaknya kurang terurus, tapi lebih banyak yang khawatir jika anaknya banyak, kelangenan dirinya menjadi terganggu. Sebagian orang tua yang kelangenannya berkarir di luar rumah merasa terganggu jika harus tersita waktunya ngurus anak. Mereka lupa bahwa mengurus anak di rumah pun merupakan karir yang dapat mencemerlangkan hidupnya.

Ada satu pasien simbah yang anaknya baru satu. Dua ortunya sibuk berkarir. Mereka bukan orang miskin, bahkan bisa dibilang kaya raya. Tapi setiap simbah tanya perihal kondisi penyakit anaknya, si ibu menjawab,
“Wah nggak tahu ya dok, soalnya ini tadi yang momong simbahnya. Katanya sih agak mencret.”
Ha wong berobat kok gak weruh pigimanah penyakit anaknya dan hanya mengandalkan kata embahnya yang tak dihadirkan saat pemeriksaan. Kedua ortu ini sudah berangkat sejak bakda shubuh, dan pulang selepas Isya’… Demi anak yang kalau sakit, orang tuanya tak tahu sakit apa dan bagaimana sakitnya.

Orang tua sebagimana yang simbah ceritakan di atas pasti akan tak habis pikir bagaimana orang semodel simbah kok mau-maunya punya anak sembilan. Ha wong satu saja sudah merusak kenyamanan mereka dalam berkarir, apalagi lipat sembilan.
Sebagian beranggapan, simbah berani punya anak enam dikarenakan simbah adalah dokter yang duitnya pasti sak jagad abuh. Sehingga tak lagi dipusingkan dengan urusan financial buat ngopeni anak. Ini juga rembug ngoyoworo. Biasanya yang ngomong begini adalah orang yang kebetulan belum pernah ketemu simbah langsung.

Ah, sudahlah….. Tulisan ini tak berkehendak membahas hal-hal tersebut di atas. Hanya saja kebetulan memang simbah dikaruniai anak banyak. Satu-satunya hal yang membuat simbah tetap optimis bahwa hidup simbah ada yang membantu hanyalah proposal hidup simbah. Bukan kekayaan, bukan kelonggaran dan bukan masalah financial.

Sampeyan tahu, jika sampeyan memiliki proposal bisnis yang sangat menguntungkan dan masuk akal, ketika kita presentasikan proposal tersebut, pastilah si pemilik modal akan dengan senang hati merogoh koceknya untuk menyokong usulan bisnis kita tersebut. Bahkan jika bisnis tersebut sangat prospekktif dan menguntungkan, pemilik modal akan dengan gembira mau menggelontorkan duit banyak walaupun hanya dibagehi 10% dari keuntungan.
Tapi jika proposal bisnisnya beresiko, sampeyan harus mati-matian meyakinkan investor untuk mau menyerahkan modalnya. Itupun sang investor pasti menghendaki porsi besar karena bisnisnya beresiko.

Pertanyaan besarnya, APA PROPOSAL HIDUP ANDA? Apa tujuan hidup anda yang nantinya Allah akan sukacita membantu dan menyokong segala aspek kehidupan anda dengan sepenuhnya. Jika proposal hidup anda hanya sekedar menggapai hidup nyaman, maka proposal hidup anda tak lebih dan bahkan sama dengan si Pleki kiriknya lik Pailul itu. Percuma Allah mengaruniai sampeyan kemampuan bicara, kemampuan menalar, kemampuan berpikir dan segala kemampuan milik manusia yang tak dimiliki hewan, jika cita-cita hidup sampeyan hanya selevel hewan. Betapa rendahnya proposal hidup sampeyan.



Namun jika sampeyan mempersembahkan hidup ini benar-benar dalam rangka beribadah, membantu agama Allah (walau Allah sebenarnya tak butuh bantuan), mempersembahkan apa yang sampeyan miliki dalam rangka menyempurnakan peribadatan kepada-Nya, maka Allah Maha Kaya untuk mencukupi segala kebutuhan hidup sampeyan. Proposal hidup yang begitulah yang Allah kehendaki, yang pasti hidup sampeyan tak akan sia-sia.

Maka anak satu atau dua, jika proposalnya benar, itu merupakan kebaikan. Anak sembilan bahkan sepuluh, jika proposalnya benar, bisa jadi jumlah sembilan atau sepuluh kurang. Semakin banyak anak semakin banyak kebaikan terbikin, jikalau proposal hidupnya betul.

Dengan anak makin banyak, simbah hanya dituntut untuk memperbaiki isi proposal hidup simbah. Jika masih dalam rangka ngibadah, insya Allah tak ada kekhawatiran dalam diri simbah akan kekurangan rejeki. Karena simbah yakin, Allah yang telah memakmurkan mereka yang durhaka, tentulah Maha Kaya dari menelantarkan hamba-Nya yang telah berniat mempersembahkan hidupnya demi mengabdi pada-Nya.

Ada ayat INTAN yang nilainya melebihi intan jika dipahami:

“Intanshurullaaha yanshurkum. Wa yutsabbit aqdaamakum..”
Jika kalian menolong Allah, maka Allah akan menolong kalian.
Dan mengokohkan tumit-tumit kalian…