Setelah kurang lebih 17 tahun menikah, simbah
dikaruniai 9
orang anak dan insya Allah sebentar
lagi 10. Bagi sebagian orang, jumlah anak 9 adalah jumlah yang
fantastis untuk ukuran keluarga abad 21 ini. Anggapan tersebut tentu saja hasil
pengkondisian, dimana ditanamkan di benak semua manusia bahwa jumlah anak
haruslah sedikit jika mau menghasilkan generasi yang nyakdhut.
Penanaman pemahaman tersebut masih terus
berlanjut walaupun sudah berpuluh bahkan beratus kasus terkuak, dimana seorang
ibu dibacok anak semata wayangnya karena tak dibelikan motor, atau si bapak
yang diancam bunuh karena tak segera menulis surat warisan buat anaknya yang
ragil (no.2), atau sang ibu yang terpaksa siang malam banting tulang menghidupi
2 anak SMA nya yang aktif ngePUNK mencukur gundul rambutnya, mengantingi hidung
dan lambenya yang persis lambe sumur itu tanpa menghiraukan gaji simboknya yang
dibawah UMR guna menghidupi gaya hidup ngepunknya.
Sebagian besar orang ketakutan dengan
jumlah anak bukan karena khawatir anaknya kurang terurus, tapi lebih banyak
yang khawatir jika anaknya banyak, kelangenan dirinya menjadi terganggu.
Sebagian orang tua yang kelangenannya berkarir di luar rumah merasa terganggu jika
harus tersita waktunya ngurus anak. Mereka
lupa bahwa mengurus anak di rumah pun merupakan karir yang dapat
mencemerlangkan hidupnya.
Ada satu pasien
simbah yang anaknya baru satu. Dua ortunya sibuk berkarir. Mereka bukan orang
miskin, bahkan bisa dibilang kaya raya. Tapi setiap simbah tanya perihal
kondisi penyakit anaknya, si ibu menjawab,
“Wah nggak tahu
ya dok, soalnya ini tadi yang momong simbahnya. Katanya sih agak mencret.”
Ha wong berobat
kok gak weruh pigimanah penyakit anaknya dan hanya mengandalkan kata embahnya
yang tak dihadirkan saat pemeriksaan. Kedua ortu ini sudah berangkat sejak
bakda shubuh, dan pulang selepas Isya’… Demi anak yang kalau sakit, orang
tuanya tak tahu sakit apa dan bagaimana sakitnya.
Orang tua
sebagimana yang simbah ceritakan di atas pasti akan tak habis pikir bagaimana
orang semodel simbah kok mau-maunya punya anak sembilan. Ha wong satu saja sudah
merusak kenyamanan mereka dalam berkarir, apalagi lipat sembilan.
Sebagian
beranggapan, simbah berani punya anak enam dikarenakan simbah adalah dokter
yang duitnya pasti sak jagad abuh. Sehingga tak lagi dipusingkan dengan urusan
financial buat ngopeni anak. Ini juga rembug ngoyoworo. Biasanya yang ngomong
begini adalah orang yang kebetulan belum pernah ketemu simbah langsung.
Ah, sudahlah…..
Tulisan ini tak berkehendak membahas hal-hal tersebut di atas. Hanya saja
kebetulan memang simbah dikaruniai anak banyak. Satu-satunya hal yang membuat
simbah tetap optimis bahwa hidup simbah ada yang membantu hanyalah proposal
hidup simbah. Bukan kekayaan, bukan kelonggaran dan bukan masalah financial.
Sampeyan tahu,
jika sampeyan memiliki proposal bisnis yang sangat menguntungkan dan masuk
akal, ketika kita presentasikan proposal tersebut, pastilah si pemilik modal
akan dengan senang hati merogoh koceknya untuk menyokong usulan bisnis kita
tersebut. Bahkan jika bisnis tersebut sangat prospekktif dan menguntungkan,
pemilik modal akan dengan gembira mau menggelontorkan duit banyak walaupun
hanya dibagehi 10% dari keuntungan.
Tapi jika
proposal bisnisnya beresiko, sampeyan harus mati-matian meyakinkan investor
untuk mau menyerahkan modalnya. Itupun sang investor pasti menghendaki porsi
besar karena bisnisnya beresiko.
Pertanyaan
besarnya, APA PROPOSAL HIDUP ANDA? Apa tujuan hidup anda yang nantinya Allah
akan sukacita membantu dan menyokong segala aspek kehidupan anda dengan
sepenuhnya. Jika proposal hidup anda hanya sekedar menggapai hidup nyaman, maka
proposal hidup anda tak lebih dan bahkan sama dengan si Pleki kiriknya lik
Pailul itu. Percuma Allah mengaruniai sampeyan kemampuan bicara, kemampuan
menalar, kemampuan berpikir dan segala kemampuan milik manusia yang tak
dimiliki hewan, jika cita-cita hidup sampeyan hanya selevel hewan. Betapa
rendahnya proposal hidup sampeyan.
Namun jika
sampeyan mempersembahkan hidup ini benar-benar dalam rangka beribadah, membantu
agama Allah (walau Allah sebenarnya tak butuh bantuan), mempersembahkan apa
yang sampeyan miliki dalam rangka menyempurnakan peribadatan kepada-Nya, maka
Allah Maha Kaya untuk mencukupi segala kebutuhan hidup sampeyan. Proposal hidup
yang begitulah yang Allah kehendaki, yang pasti hidup sampeyan tak akan
sia-sia.
Maka anak satu
atau dua, jika proposalnya benar, itu merupakan kebaikan. Anak sembilan bahkan
sepuluh, jika proposalnya benar, bisa jadi jumlah sembilan atau sepuluh kurang.
Semakin banyak anak semakin banyak kebaikan terbikin, jikalau proposal hidupnya
betul.
Dengan anak makin
banyak, simbah hanya dituntut untuk memperbaiki isi proposal hidup simbah. Jika
masih dalam rangka ngibadah, insya Allah tak ada kekhawatiran dalam diri simbah
akan kekurangan rejeki. Karena simbah yakin, Allah yang telah memakmurkan
mereka yang durhaka, tentulah Maha Kaya dari menelantarkan hamba-Nya yang telah
berniat mempersembahkan hidupnya demi mengabdi pada-Nya.
Ada ayat INTAN
yang nilainya melebihi intan jika dipahami:
“Intanshurullaaha
yanshurkum. Wa yutsabbit aqdaamakum..”
Jika kalian menolong Allah, maka Allah akan menolong kalian. Dan mengokohkan tumit-tumit kalian…
Jika kalian menolong Allah, maka Allah akan menolong kalian. Dan mengokohkan tumit-tumit kalian…