Kamis, 16 Januari 2020

Maling


Kemarin Sabtu simbah pulang kampung ke Solo. Baru ke Jakarta lagi hari Selasa. Ada kejadian yang mbikin simbah agak miris sewaktu simbah balik ke Jakarta.

Sore itu simbah naik bis jurusan Solo-Jakarta. Di awal perjalanan, sang sopir dan kenek yang bertugas mendapat tawaran ngangkut barang sejumlah 15 karung. Sang Kondektur prengas prenges mengiyakan, karena ini berarti obyekan alias sabetan di luar inkam rutin dari penumpang resmi. Toh kalo diperiksa, penumpangnya cocok jumlahnya. Yang pasti gak diperiksa adalah bagasi, karena itu sudah pasti barang-barang milik penumpang.

Namun pada kasus ini kenyataannya tidak. Barang yang di bagasi itu adalah barang titipan yang harus diantar ke tujuan, yang tentu saja dengan biaya angkut tersendiri. Nah ini adalah kue buat sopir, kenek dan kondekturnya. Maka dengan semangatnya mereka njemput barang tersebut.

Simbah kira barang itu adalah beras sejumlah 15 karung. Setelah ketemu karungnya, jebulaknya karung itu berisi pete sak arat-arat. Lagian karungnya gedhe-gedhe. Maka dengan setengah mekso, karung itu dijejel-jejelkan ke bagasi. Sisanya yang 3 karung karena bagasi gak muat lagi, dijejelne ke toilet… Hwarakadah, bus yang judulnya “Bus Eksekutip AC Toilet” akhirnya kehilangan toiletnya karena dijejeli pete telung karung. Oalaah, dasar manungso ngrekes

Dari 5 orang oknum bus yang terlibat pengangkutan pete itu, yang 2 orang langsung teler kambonan pete. Sedangkan yang 3 orang bertugas seperti biasa. Simbah sudah ngerasa gak enak duluan. Lha ini bus jelas-jelas main korupsi, simbah kawatir terjadi apa-apa di jalan. Apalagi saat oknum pegawai bus itu lagi ngangkut karung, tiba-tiba juragan bus tersebut lewat… kontan saja para oknum pegawai korup itu pecicilan bersembunyi dan pura-pura tak terjadi apa-apa.

Setelah beres mengurus angkutan haram itu, bus pun berangkat dengan sentausa. Namun sesampainya di Boyolali, bus yang simbah tumpangi mau nubruk bus yang ada di depannya yang kebetulan ngerem mendadak. Rupanya bus yang di depan simbah kedapatan ada 2 orang, entah pengamen yang nodong atau malah copet, sedang diboboki dan digajuli sak kayange oleh massa.
Melihat kejadian itu sopir, kondektur dan kenek yang menyaksikan adegan itu berkomentar.. :
“Nyuoh kowe… modar pora.. hayo boboki aja. Ben kuapok.. dasar maling. Hayoh koploki sisan!!” sang kondektur nyemangati.

“Weleh.. maling nekat. Bandemi pisan ben kapok. ..” yang lain ikut menimpali. Sedangkan simbah sendiri miris. Ha wong menyaksikan 2 pemuda harapan bangsa dibandemi sampai kojor. Bahkan sesampai di kantor polisi pun, 2 oknum maling atau penodong itu pun masih diboboki di depan aparat. Herannya aparat polisi yang bertugas diem saja.

Coba sampeyan pikirken…., kondektur, kenek dan sopir yang jelas-jelas bareng-bareng maling hak boss mereka pun masih berkomentar miring pada maling lain yang kebetulan dibonyoki rame-rame. Apa mereka gak nyadar kalo sebenarnya derajat mereka pun jebulaknya sama. Sesama maling, tapi gak nyadar.

Barangkali yang begini juga yang dialami bangsa ini, sehingga korupsi gak bisa ilang. Ha wong yang mbrantas dan yang dibrantas, sama-sama koruptor. Yang dibrantas adalah koruptor tulen, yang mbrantas adalah koruptor laten berpotensi besar, atau setidaknya koruptor dengan lepel lebih kecil.
Bahkan korupsi pun merangsek masuk di meja pasien simbah. Beberapa oknum pasien seringkali merayu-rayu minta dibuatkan surat sakit. Biasanya kebanyakan terjadi di hari Senen. Soalnya minggunya biayakan dan pecicilan, nah pas hari senennya males-malesan masuk kerja. Akhirnya sang dokter dilibatkan buat korupsi. Ada dokter yang senang hati membuatkan secarik surat korupsi itu asalkan taripnya sesuai, namun buat simbah hal yang begini ini penyakit sampah masyarakat. Ratusan bahkan mungkin ribuan karyawan yang biasa bernaung di bawah bendera “wong cilik” seringkali terlibat korupsi kelas ceremende ini.

Namun kalo sudah turun ke jalan, mereka dengan nyaringnya meneriakkan slogan “Berantas Korupsi” dengan sambil nyanyi-nyanyi dan sambil mledang-mledingke bokong ke kanan dan ke kiri. Sedih….

Satu pelajaran lain yang juga simbah ambil dari kejadian di perjalanan itu adalah, betapa sebagian orang untuk nyari sesuap nasi membutuhkan usaha sedemikian gigih dan ngedab-edabi. Dua pemuda yang simbah saksiken itu, koret-koret sesuap nasi dengan bertaruh nyawa di jalan haram. Kru bus yang pasti punya anak isteri itu, biayakan ngempet bau pete buat nyukupi kebutuhan keluarganya. Sayang, rejekinya dijemput di jalan yang salah.

Sedangkan di sisi lain, di negeri tercinta ini juga, sebagian orang menghabiskan 2 juta ripis buat beli sempak bin CD, 5 juta ripis ludes hanya buat beli dasi, puluhan juta ripis menguap buat belanja pupur sama benges buat mbengesi lambe kaum hedonis. Sedangkan kelompok yang lain sibuk membuat tontonan yang mempertontonkan gaya hidup kaum bersempak 2 juta ripis itu di layar kaca, yang membuat 2 pemuda copet beserta kaumnya itu terngowoh-ngowoh mati kepengen.

Coba sampeyan bayangkan, jika sampeyan dan tetangga sekampung semuanya lawuhnya tempe dan krupuk, simbah kira krupuk dan tempe itu akan terasa lezat. Namun bayangkan jika tiba-tiba ada 2 keluarga petentang petenteng nyangking iwak pitik beserta sampil wedhus yang diguyur kuah santen sampek mlekoh… trus makan temblang-tembleng secara demonstratip di depan mata orang sekampung, simbah yakin coklatpun serasa tai kucing, apalagi krupuk sama tempe…

Halal Batas Haram


Yang namanya halal dan haram itu sebenarnya sudah jelas. Tapi hananging wal hanamun, di dunia kasunyatan definisi kedua hal tersebut bisa tumpang tindih, tumpang suk dan gaprukan sesuai kehendak napsu dan setan. Termasuk istilah haram batas halal ini. Sebetulnya mumetke, tapi dipake di segenap penjuru negeri, terutama bagi kalangan koruptor. Baik kelas kakap maupun kelas ceremende.
Apa tho Mangsudnya haram batas halal itu? Bagi sampeyan yang belum kesentuh istilah laknat ini memang mbikin kening berkerut. Tapi bagi yang sudah kenyang dengan harta kelas beginian, sampeyan yang belum tahu malah akan dicap sok suci dan tinggal nunggu tanggal mainnya ikut ngunthal harta macem ginian. Cuma masalah waktu saja, katanya.

Jika ada kacung disuruh potokopi oleh bos eselon satu, potokopinya senilai tigabelas rebu mangatus ripis, lalu kwitansinya senilai itu juga, maka itu kelas HALAL murni. Jika kwitansinya senilai tigapuluh rebu ripis, maka ini sepakat haram, setan pun sepakat. Tapi jika nilai kwitansinya limabelas rebu ripis, inilah yang disebut haram batas halal. Karena cuma sewumangatus ripis, itu batas kebolehan buat ngambil yang haram, sesuai kesepakatan nepsu, akal dan setan alas kobar. 

Kang Darmo Dimpil bilang, “Wajar lah ngambil segitu, kan gak gedhe-gedhe amat. Etung-etung buat jerih payah nyebrang jalan raya.”

Dan kebanyakan dari kita mengamini cobrotannya kang Darmo Dimpil tersebut.

Maka ketika pak bupati dapet proyek perbaikan jalan di wilayah yang dikangkanginya, sang kontraktor jangan harap dapet dana 100% buat mbikin jalan tersebut. Jikalau sang Bupati ngambil 15% saja, maka itu dianggap batas halal dari yang haram. Kalo ngambil 30% akan dianggap masih dalam haram batas halal, tapi dengan resiko nyiprati moncong di kiri kanan biar gak berkicau nyaring bak emprit dipakani kroto. Paling gak 10% nya diciprat-cipratke buat pagar pengaman. Kalo bupatinya ngambil 50%, ini dianggap  keterlaluan. Apalagi gak ada nyiprat-nyipratnya babar blas. Koruptor satelit disisi sang bupatipun sepakat, ini haram.

Herannya, tetep saja ada oknum manungso model begituan. Proyek jalan bernilai puluhan M, baru diliwati andong sudah semplak aspalnya. Karena mutu aspalnya bener-bener ASPAL. Lha diemplok 50%, melewati ambang batas haram yang dibolehkan. Bayangkan jika sang Bupati ngambil 25% saja, jika nilai kontraknya 50 M maka bisa dibayangkan yang masuk kantong sang Bupati. Dan perlu diketahui, 25% itu masih di ambang haram batas halal. Ediyan tenan. Njaluk dislomot neroko jahanam tenan.

Makanya dimusim Pilkadal saat ini, banyak kadal yang mulai berhitung. Tarohlah buat menang butuh biaya dan biayakan 50 M, itu nilai yang kecil, dibandingkan dengan yang akan diperolehnya dalam jangka 5 tahun ke depan. Ada bupati yang pada tahun pertamanya sudah BEP. Tahun kedua mbangun 5 SPBU, tahun ketiga ekspansi bisnis, tahun keempat dan kelima persiapan kampanye. Bupati mana itu? Mang goleki dewe, paling-paling bupati Kadipaten Karang Tumaritis.

Lha yang nglangut tetep rakyat kecil. Mau makan nasi, harga beras naik. Mau nggoreng lawuh, minyak gorengnya ikutan naik. Mau minum, tarif PDAM naik juga. Hidup macem lomba panjat pinang. Cuma buat ngraih satu tujuan, kudu ngidak-ngidak konco, menjatuhkan yang lain, itupun pakek mlorot-mlorot dan dilorot. Kalo sudah dapet isine ra mbejaji. Sedangkan yang diraih, makin menjauh dan keliatan naik saja.

Mulailah dari diri kita. Sampeyan semua dan simbah juga. Berapapun yang bukan hak milik kita, haram hukumnya. Gak ada batas halalnya buat barang yang haram.


Bertuhan Tapi Tak Beragama


Trend yang sekarang marak berhembus di kalangan jahiliyah mutakhir adalah adanya paham yang mempercayai Tuhan, tapi tak percaya pada agama-Nya. Hmmm… mumet juga nggagas paham koplo bin koclok ini. Memang itu hak masing-masing sampeyan untuk berpaham kayak gitu. Dan hak simbah juga untuk mengatakan itu paham koplo bin koclok.

Jika penyakit paham ini mulai menyerang sampeyan, dan sampeyan mungkin sreg, cobalah sampeyan pikir, jangan sambil mengerutkan dengkul, karena otak sampeyan bukan disitu. Miturut simbah, orang yang percaya pada tuhan, tapi tak percaya pada agama-Nya, berarti ada 2 kemungkinan :

1. Kemungkinan Pertama

Orang itu salah memilih tuhan sebagai sesembahannya. Karena orang itu gagal diyakinkan -bahkan oleh tuhannya sendiri- bahwa agama-Nya itu benar dan bisa dipercaya. Boleh jadi karena ajaran agama yang dianutnya kacau balau, banyak dogma yang tak masuk akal, lantas dengan segala tumpang tindih kekacauan yang ada pada ajaran agama yang dianutnya itu, dia dipaksa oleh keadaan untuk menganutnya. Sebenarnya ada pilihan agama lain, namun egonya, kemaluannya, dan perutnya tak cukup mengijinkan dia untuk menjangkaunya.

Saran simbah, carilah tuhan dengan ajaran agama yang kebenarannya bisa diuji dengan apapun. Karena kebenaran dari Al Haq pasti tahan uji. Jika satu hal yang dianggap benar gagal mempertahankan nilai kebenarannya, maka pastilah itu bukan kebenaran, dan pasti bukan dari tuhan.

2. Kemungkinan Kedua

Tuhan dengan ajaran agama-Nya sebenarnya sudah benar, sudah pas dan proporsional sesuai dengan Maha Adil-Nya Sang Pencipta. Namun hawa nafsu manusia yang memang tak mau diatur dan tak mau menyesuaikan diri dengan aturan-Nya melakukan penyangkalan. Sehingga meskipun si manusia mengaku bertuhan, namun agama yang diturunkan-Nya ke muka bumi yang berisi aturan ini-itu, menghalangi dia memuaskan hawa napsunya. Dia tak percaya pada agama karena agama mrintah ini dan itu, melarang ini dan itu, yang miturut otaknya yang sudah mlotrok ke kemaluan bahkan sampai ke dengkul itu, bertentangan dengan nilai-nilai yang dianggapnya lebih tinggi, daripada nilai yang ditawarkan oleh agama tuhan.

Maka orang ini, ketika dia berkata bahwa dia percaya pada tuhan namun tak percaya pada agamanya, sebenarnya Tuhan yang dia percayai itu adalah hawa nafsunya atau dirinya sendiri. Ini adalah ego terbesar manusia, yang dengan lantang diteriakkan dengan vulgar penuh tantangan oleh Fir’aun ribuan tahun yang lalu, dengan teriakan yang diabadikan dalam Al Qur’an, “Akulah tuhan kalian yang maha tinggi.” Namun di abad ini, teriakan itu kembali dikumandangkan dengan volume agak kecil, tapi frekwensinya kenceng.

Sebenarnya kedua golongan di atas, mereka ini intinya kecewa dengan ajaran agama. Bisa jadi karena ajaran agamanya yang memang tak bisa meyakinkan pemeluknya, tapi bisa jadi karena ajaran agama tersebut tak bersesuaian dengan hawa nafsunya. Tapi yang jelas, konsekwensi bertuhan dan percaya pada tuhan, sudah pasti menuntut untuk percaya pada agama yang diturunkan-Nya. Wallahu a’lam.


Benar-Benar Ada


Beberapa hari yang lalu simbah ngajak anak-anak jalan-jalan sambil jajan makanan kecil buat si thole dan si gendhuk. Saat itu anak-anak minta dibelikan es krim. Dan kalau melihat betapa lahapnya anak-anak simbah makan es krim, simbah jadi teringat masa kecil simbah, dimana untuk bisa menikmati yang namanya es krim itu dibutuhkan satu mujahadah kelas wahid.

Sewaktu kecil simbah mempunyai seorang teman yang namanya Gudel. Terlahir dari satu keluarga yang kisah hidupnya cukup memilukan. Bapaknya adalah kawan dekat dari orang tua simbah. Rajin sholat ke mesjid, tapi matinya bunuh diri dengan menggantung diri setelah tamat meminjam dan membaca buku yang berjudul “Hidup Sesudah Mati” karya Bey Arifin (kalau gak salah) dari orang tua simbah. Aneh memang, padahal buku itu isinya bagus. Tapi kok bisa-bisanya menginspirasi bapaknya Gudel buat gantung diri. Atau mungkin beliaunya mau membuktikan isi buku itu. Tapi apapun alasannya, yang jelas si Gudel jadi anak yatim.

Kehidupan si Gudel jadi tidak mudah. Di kalangan anak-anak kecil seusia simbah dia dijuluki “tukang gresek”. Gresek, dengan hurup ‘e’ dibaca seperti kata ‘pesek’, adalah satu perilaku yang dianggap ngisin-isini bin memalukan. Kata itu mengandung maksud memungut sesuatu yang sudah dibuang orang, kalau sekarang mungkin termasyhur dengan kata “Pemulung”.

Satu ketika, simbah dan Gudel menyaksikan beberapa anak sedang makan es mambo. Karena sama-sama gak gableg duit, cukuplah kita berdua menyaksikan acara makan es itu dengan seksama. Simbah lihat si Gudel sudah mulai terbit air liurnya, mlongo menyaksikan pesta es itu dengan terngowoh-ngowoh. Begitu selesai makan es mambo, anak-anak itu segera membuang bungkus es tersebut. Karena melihat si Gudel, anak-anak itu menginjak-injak bungkus es itu dengan kasarnya, sambil berkata :

“eh, ayo diinjak-injak sampai ancur. Entar digresek sama Gudel lho,” ajakan itu disambut dengan antusias. Herannya, setelah bungkus es itu dinjak-injak sampai kotor dan ditinggal oleh pemiliknya, si Gudel tetap saja mendatangi plastik es yang sudah gak mbejaji wujudnya itu dan mulai menyortir. Setelah dijumpainya ada beberapa bungkus masih agak wangun buat dikonsumsi, mulailah aksi penggresekan dilakukan.

“Weh, enak kang es yang ini. Sedep tenan……” katanya dengan mata berbinar-binar sambil nyesep-nyesep plastik es mambo itu dengan penuh daya eksplorasi. Hwarakadah…melihat wajahnya yang menyiratkan ekspresi kenikmatan kayak begitu, terus terang simbah agak terangsang juga pingin mencicipi hidangan gresek ala si Gudel itu. Tapi begitu teringat bahwa es itu sudah dinjak-injak sama kaki si Koplo yang kakinya korengan itu, atau si Kenyung yang sering nginjak telek lencung, hilanglah selera simbah.

Pernah suatu ketika, si Gudel ini melihat satu potongan roti yang masih lumayan utuh. Kebetulan dia berjalan bersama rekan sejawat sesama penggresek. Karena rekan sejawatnya gak lihat, dia injek dulu roti itu, lalu dia berdiri tak bergerak. Rekan sejawatnya heran, kok si Gudel tiba-tiba diem mematung. Karena jengkel ditinggallah si gudel. Begitu rekan sejawatnya nggeblas ngilang, diambilnya lah roti itu dari bawah tapak kakinya sambil cengar-cengir penuh kemenangan. “Belum lima menit..” begitu mungkin pikirnya sambil menyantap roti itu dengan mantabhnya.

Yah, itulah gambaran sepotong keceriaan getir ala kere bin dhuafa. Salah seorang teman simbah pernah melihat di stasiun Jogjakarta, seorang ibu beserta anak perempuannya yang masih berumur sekitar 10 tahun, asyik ngemis dari gerbong ke gerbong. Kebetulan saat itu sang ibu ketiban rejeki nomplok yang tak terduga, yakni nemu sepotong tegesan bin puntung rokok yang mingsih lumayan panjang. Yah setara dengan sepuluh sledupan wal sedotan lah. Diisepnyalah tegesan itu dengan penuh citarasa. Yang mbikin hati agak miris adalah manakala sang ibu berbagi puntung tegesan itu dengan anak perempuannya yang masih kecil itu. Secara bergantian si ibu dan si anak sledap-sledup ngisep rokok tegesan itu dengan penuh keceriaan dan canda tawa.

Di masa kuliah dulu, simbah sering wira-wiri lewat di satu kontrakan masal yang dinamai Pondok Boro. Penghuninya kebanyakan keluarga kere, kaum mlarat dan juga beberapa waria. Saat itu simbah melihat langsung ada seorang bapak bertubuh gothot, sedang menggendong anaknya yang masih berumur setahun lebih. Dilihat dari perawakannya, propesi si bapak ini pantasnya pekerja keras. Kalau nggak kuli angkut, tukang becak, atau minimal tukang kepruk. Herannya si bapak ini mau momong anaknya yang saat itu nangis rewel mencari ibunya. Mungkin ibunya sedang kerja di pabrik, atau sedang ada kesibukan darurat lainnya, yang memaksa si bapak bertubuh gothot ini mau momong anaknya.

Yang mbikin simbah tersenyum kecut adalah, saat si anak gak mau diem dan nangis terus mencari ibunya, si bapak mulai jengkel. Dengan tinju terkepal, diancamlah anaknya yang masih kecil itu dengan kepalan tinjunya sambil berkata…

“Hayo, nangis lagi.. ayo cepet nangis lagi… jotos sisan kamu..!!” hati ini jadi mak tratap. Ancaman si bapak itu diulang-ulang dan herannya bapak-bapak yang lain disitu malah ketawa ngakak melihat ulah si bapak. Si anak jadi ciut juga, lalu tangisnya ditelen sampai membik-membik mau tersedak.
Keluarga-keluarga kere wal mlarat yang simbah ceritakan ini benar-benar ada. Bukan kisah cerita di sinetron. Kejadian itu telah ada bertahun-tahun yang lalu, jauh sebelum bengsin menjadi enam ribuan ripis seperti sekarang. Entah bagaimana kabarnya sekarang. Si gudel seingat simbah sudah mati muda. Simbah lupa kejadian kematiannya. Anak perempuan yang berbagi tegesan itu sekarang kalau masih hidup, pastilah sudah dewasa. dan anak bayi yang diancam jotos oleh bapaknya itu, simbah yakin sudah seusia Sherina, dengan nasib yang tentu saja tak seberuntung artis muda itu.

Dengan kondisi perekonomian yang seperti sekarang ini, simbah yakin keluarga ala Gudel itu masih banyak. Walaupun ada juga yang bilang, dengan bengsin seharga sekarang ini, jumlah rakyat miskin jadi berkurang. Entah statistik dari mana yang mengatakan ini. Asumsi ini masuk akal, jika yang dimaksud kemiskinan berkurang itu adalah dikarenakan rakyat miskin wal mlarat itu pada modiyar semua karena gak kuat melanjutkan hidup.

Kita terbiasa hidup di komunitas yang berkecukupan. Tetangga kiri kanan semuanya keluarga mampu. Teman kantor, teman kerja, semuanya warga borju. Sehingga dianggapnya, yang namanya kemiskinan itu cuma rekayasa, tidak benar-benar ada. Kalaupun ada itu masa lalu.

Ada sebagian dari kita yang tahu, bahwa kemiskinan itu ada. Tapi sayangnya kemiskinan itu lantas hanya dijadikan komoditi. Kemiskinan adalah modal buat menarik simpati untuk mencari suara. Masing-masing bendera menyuarakan ingin membela rakyat kecil. Biasalah, gabrulan lima tahunan. Dibela setahun, diinjek empat tahun. Rakyat miskin makin terinferior. Makin kere, tidak hanya lahiriah tapi juga mental. Makin nggedhibal pitulikur.

Simbah hanya bisa berdoa dan berusaha semampu simbah, agar tidak ikut tenggelam di kapal yang dibocori rame-rame ini. Sambil berharap, ada yang mau menambal kebocoran itu dan menyadarkan para pembocor kapal itu akan kebodohan tindakannya.


Beban Harta


Sampeyan pernah naik sepur kelas ekonomi sambil mbawa duik limapuluh juta ripis? Kira-kira rasanya pigimanah? Kira-kira sampeyan bisa tidur gak dengan kondisi seperti itu? Dengan kondisi keamanan sepur kelas ekonomi yang seperti sekarang, mbawa duik tigapuluh juta ripis di dalamnya adalah satu aktifitas yang menyiksa. Akan lebih menyiksa manakala duik itu adalah duiknya bos kantor dimana dia bekerja, yang harus diantar ke tujuan dengan selamat, dan kalo terjadi apa-apa harus ngganti… Mak nyuuut..

Bahkan jikalau bepergian di dalam fasilitas transportasi yang aman sekalipun, orang pingin bepergian dengan praktis dan aman. Gak mau direpotkan membawa-bawa barang yang malah membebani perjalanan. Maka menungso yang pikirannya begitu itulah yang setelah melalui ribuan tahun sejarah kemanusiaan, akhirnya menemukan yang namanya ATM dengan kartunya. Kartu kecil, gampang dibawa dan disimpan, yang manfaatnya lebih besar daripada mbawa  tumpukan koper berisi tetek bengek bekal perjalanan.

Adalah konsep hidup model begitulah yang dianut salah seorang sohib simbah, yang tinggal di tlatah Javanese sono. Sebut saja namanya Abdul Ghani (bukan nama sebenarnya temtunya). Seorang yang sederhana, rumahnya kecil, anak banyak dengan segudang aktifitas yang menyibukkan dirinya sehingga hanya menyisakan sedikit waktu dia untuk nyari nafkah buat keluarganya.

Dengan waktu sehari yang cuma sekian jam untuk nyari duik itu, akhirnya membuat penghasilannya gak pernah banyak secara kuantitas. Maka tak terbersit sama sekali dalam hati Kang Abdul Ghani ini untuk bercita-cita jadi sugeh mblegedhu. Dia tahu diri, memang rejekinya hanya selevel koret-koret dasar kuali, alias rejeki kelas recehan. 

“Yah, mau apalagi tho mbah hidup ini. Wong ya cuma mampir sekian puluh tahun, habis itu nggeblas lagi ke alam berikut. Mau sugeh ya akhirnya matek, mau miskin ya akhirnya matek. Lha wektu nyari duik cuma sebentar, ya memper lah kalo cuma dikasih segini. Yang penting cukup,” katanya pada suatu hari.

Kata yang terakhir itulah yang menjadi misteri buat simbah. “Yang penting cukup”. Dan memang begitulah adanya. Dengan anak yang pating drindil, yang saat ini kalo gak salah sudah lima anak, pigimanah mengandalkan rejeki kelas koretan dan lantas  dengan klecam-klecem bisa ngomong dengan santai “Yang penting cukup”? Herannya memang bener-bener cukup. Anaknya bisa sekolah semua, makan sehari-hari cukup, bisa mbayar rekening tagihan bulanan, dan mantabhnya dia sangat mandiri.

Salah seorang rekan ngaji simbah menyebut rejekinya sebagai rejeki kelas “tuhia”. Yakni rejeki yang kalau pas “butuh” lalu sudah “tersedia”. Simbah melihatnya seperti orang yang bepergian gak bawa bawaan macem-macem, tapi ATM nya berisi duik dengan nominal puluhan digit. Klecam-klecem, cengar-cengir, gak repot, nyantai, gak terbebani dengan bawaan, tapi tiap kali butuh tinggal pencet-pencet tombol PIN dan duik dateng.

Bandingkan dengan Kang Panjul yang baru pertama kali blayangan ke Jakarta dari desanya di Gunung Kidul sana. Ha wong ke Jakarta kok mbawa baju lima koper karena takut gak sempat umbah-umbah, mbawa klapa 10 butir yang katanya buat mbikin es degan di Jakarta, mbawa pitik babon lima ekor, plus pete limang renteng buat lalap. Penumpang model beginilah yang mbikin penumpang kendaraan angkutan umum lainnya jadi tersiksa.

Cuma masalahnya, punya rejeki tuhia itu gak gampang. Harus punya mental dan keyakinan mantabh pada Sang Pemberi dan Pengatur Rejeki. Ditambah lagi, harus punya PIN yang cocok, yakni doa yang makbul. Bayangkan, anak sakit, anak sekolah, anak kuliah, anak isteri butuh makan, dan kebutuhan lainnya tinggal sambat ke  langit dengan penuh yakin, besoknya rejeki datang dengan beribu sebab dan jalan menghampiri rumahnya. Tentu saja dengan diiringi sikap harap-harap cemas, khauf dan roja. Dan ini sikap orang yang bertaqwa.

Banyak orang yang gak siap dengan gaya hidup seperti ini. Orang lebih memilih menjalani perjalanan hidupnya ala kang Panjul dari Gunung Kidul. Apa-apa punya atau dengan kata lain wajib kaya. Duik buat “kalo-kalo” anak sakit harus sudah ada, duik “kalo-kalo” ntar anak kuliah harus tersedia, duik “kalo-kalo” terjadi apa-apa sudah tersedia juga. Barulah jika segala “kalo-kalo” yang ditakutkan manusia itu terkafer semua, maka dia baru bisa tidur nyenyak, tidur pules, gak khawatir, gak cemas dan gak dihantui “hantu-hantu” kebutuhan pokoknya.

Kenyataannya tidak begitu. Ketika manusia jumpalitan mengusir rasa ketakutannya akan “kalo-kalo” yang hendak terjadi dengan menyiapkan harta sebanyak-banyaknya, disini dia dihantui dengan ketakutan yang lain.  Yakni ketakutan akan kehilangan semuanya. Dia dituntut harus mempertahankan hartanya agar tidak hilang, habis serta gak dicolongi, dan itu adalah satu bentuk kesibukan tersendiri yang gak kalah menyiksanya. Hal yang gak pernah dialami kang Abdul Ghani atau penumpang yang gak bawa apa-apa selain selembar ATM bermuatan puluhan digit tadi.

“Waman yatawakal ‘alallahi fahuwa hasbuhu”
Barangsiapa tawakal pada Allah, maka itu cukup baginya…. :)



Takdir Sebagai Kambing Hitam


Sudah beberapa kali simbah menerima email konsultasi yang isinya senada dengan bunyi email di bawah ini :

“Mbah, perkenalkan nama saya Gemblong. Saya lahir pada tanggal 7 Mei 1978 jam 02.00 pagi. Saat ini saya sedang membina hubungan dengan gadis bernama Brintik yang lahir pada tanggal 4 Agustus 1982. Menurut simbah, pigimanakah nasib perjodohan kami? Apakah sejodoh,langgeng,… atau malah berantakan?Apakah yang sebaiknya saya kerjakan agar perjodohan kami ini lancar?
Terimakasih atas jawabannya ya mbah…”

Entah darimana sang pembaca mendapat inspirasi buat mengirim email ini. Lagian simbah juga tidak memasang iklan menerima konsultasi nasib.. Tapi di artikel itu simbah justru tidak mendukung adanya praktek ramal meramal nasib ala dukun-dukun online via SMS itu. Mungkin oknum Gemblong ini cuma mbaca judul tanpa mbaca isinya….

Ditilik dari isinya, secara keseluruhan menggambarkan point pokok isi dari otak para pencari kabar masa depan. Rata-rata pencari kabar nasib, menanyakan hal tersebut. Bagi sampeyan-sampeyan yang masih single, baik berstatus sebagai pejantan tangguh, bujang lapuk, Duren (duda keren), Dublag (Duda hampir nggeblag alias duda udzur), perawan ting-tong, janda kembang ataupun janda kembung, nasib perjodohan maupun hidup sampeyan bukanlah hal yang harus diketahui sekarang. Nasib Masa depan sampeyan dibangun oleh sampeyan sendiri. Sampeyan setiap saat disodori multiple choice yang ketika memilih satu dari sekian pilihan yang disodorkan itu, sampeyan memilihnya dengan sadar dan merdeka.

Nggak ada yang maksa sampeyan untuk minum Es Mambo ketika sampeyan haus, di saat ada pilihan es Puter, es Doger maupun es Dung-dung. Sampeyan sendiri yang milih dengan sadar es mambo tersebut.

Nggak ada yang maksa sampeyan buat menzinahi si Denok Deblong atau mau menikahinya secara syah, karena ketika menentukan pilihan itu tak ada yang menghipnotis sampeyan, dan sampeyan memilihnya dengan penuh kesadaran.

“Lha lantas, pigimanakah dengan pengertian bahwa Jodoh itu ada di tangan Tuhan?” tanya Salah seorang single fighter yang penasaran.

Jawabannya mudah. Jawabannya ada di pertanyaan simbah berikut: “Apa sih yang tidak berada di tangan Tuhan?” Tidak hanya perjodohan coy…. Semuanya berada di bawah genggaman Tangan Tuhan. Bahkan ledakan supernova yang jauhnya berjuta tahun cahaya dari bimasakti, yang meledak di saat sampeyan semua ngowoh sampai klebus bantal sampeyan, itupun di Tangan Tuhan. Juga golnya Maradona….

Simbah gak habis pikir, di saat ada pasangan selebritis dimana yang perempuan gak becus ngurus anak dan suami,lalu dicerai oleh suaminya, si perempuan masih saja bilang….
“Yah bagaimana lagi…memang bukan jodoh saya. Tuhan belum menghendaki perjodohan ini langgeng…”

Ha kok yang disalahkan malah Tuhan, sekaligus mengkambinghitamkan perjodohan. Ha genah jelas-jelas dia dicerai gara-gara kelakuan dia yang gak becus ngurus anak dan suami kok yang disalahkan Tuhan.

Lain lagi dengan si miskin yang mengkambinghitamkan takdir. Dari pagi buta sampai senja rabun kerjaannya cuma udad-udud, eca-eco ala kere ayem. Kalo dinasehati dan disuruh kerja, jawabannya standart : “Rejeki itu di tangan Tuhan. Kalo jatah di lauhul mahfudz sono cuma sak iprit, ya percuma kerja keras. Dapetnya tetep saja sedikit. Tapi kalo memang jatahnya gedhe, meskipun saya nglekaran kayak gini tetep bisa sugeh.” Dan dia gak sugeh-sugeh setelah prinsip dia itu dipegang hampir setengah abad.

Tak ada yang salah dengan kata-kata yang mereka gunakan sebagai alasan tersebut. Yang salah adalah, mereka memahaminya separo. Dalam ajaran yang utuh, benar diakui bahwa takdir ada yang mengatur. Mengatur disini bukan dalam artian diskenario sekehendak hati secara acakadut bin random. Tapi diatur dengan tertib yang baku dan ketat. Maka Allah selalu menggunakan kata-kata :
“Barangsiapa begini,maka begini…. Barang siapa begitu,maka begitu…..”

Sementara otaknya si miskin ahli takdir dan rombongannya itu pinginnya “Barangsiapa begitu maka tidak begitu… barangsiapa begini,maka tidak begini..”

Berpuluh kali simbah mengalami jawaban dari embah-embah mambu lemah yang simbah ajak untuk sadar dan mau nglakoni ngibadah, “Oalah kang, lha kalo saya dapet hidayah dan sudah takdirnya, entar kan berangkat sendiri. Sampeyan gak usah repot-repot ngajaki saya.”

Tapi herannya, mereka itu kalo haus, bingung nyari minum. Dan kalo laper, bingung cari makan. Kok nggak diem aja di tempat, nunggu takdir kenyang sendiri. Mengapa begitu ya? BBM naik ikut marah, dipukul mbales, dihina tersinggung….. Harusnya kan diterima aja, ha wong sudah takdirnya. Dasar tidak fair……!!

Yang banyak dilupakan orang-orang model si miskin ahli takdir dan si “jodoh di Tangan Tuhan” itu adalah,bahwa Allah dan kanjeng Nabi memerintahkan kita untuk beramal. Gak usah mikir takdir, itu hal rumit yang sudah ditangani dengan sempurna oleh Allah. Gak usah kawatir Allah lalai atau lupa dan dholim mengatur takdir kita. Allah tidak seperti itu. Jadi beramalah, bekerjalah dan berbuatlah. Karena beramal,bekerja dan berbuat itu PERINTAH Allah dan Nabi-Nya. Jangan merisaukan hasil. Karena yang diminta adalah proses. Kita tak dimintai tanggung jawab atas hasil. Seluruh perintah dan larangan Allah adalah berkenaan dengan proses. Keberhasilan adalah kemauan menjalani proses yang benar.


The Power of Risau


Dulu sewaktu simbah masih dapat jatah jaga di ICU, seringkali simbah menyaksikan para penunggu pasien menunggu di luar ruang dengan begitu cemasnya. Ada yang nggelar tikar sambil sesekali sledap-sledup ngudud dan srupat-sruput minum kopi, ada juga yang duduk merenung. Namun yang jelas semua jadi kuat melek.

Ibu-ibu yang tadinya ngantukan, jam sepuluh malem sudah mlungker selimutan, tiba-tiba menjadi bisa kuat melekan. Semalam tidur dua jam sudah cukup manakala menunggu anak kesayangannya dirawat di ruang batas hidup dan mati itu. Kang Pawiro Cobrot yang biasanya sebelum Dunia Dalam Berita sudah ngowoh, tiba-tiba jadi tukang melek selama berhari-hari karena nunggu isterinya yang kritis setelah cesar.

Itulah kekuatan asli manusia. Dalam keadaan normal, kekuatan manusia terasa terbatas. Orang sekuat apapun bisa kalah oleh capek dan letih. Kalo sudah kelelahan, oknum segothot apapun akan nglumpruk lemes karena dikalahkan oleh lelah.

Namun sebenarnya masih ada yang bisa mengalahkan rasa lelah. Apa itu? Lelah, letih ataupun capek, bisa dikalahkan oleh mabok. Kang Paidul yang badannya gering dan tampak ringkih itu, kalo sudah nenggak ciu limolas sloki, tiba-tiba bisa ngibing semalam suntuk tanpa capek. Demikian juga konco-konconya yang mblangsak gak karuan itu. Kalo sudah nenggak wiski sebotol plus pil koplo, mau diajak jogedan ala kipas angin yang gedak-gedek kira-kanan itu ya oke saja…  Gak ada capeknya.

Tapi mabok masih ada yang mengalahkan. Yang bisa mengalahkan mabok adalah kantuk. Kalo kantuk sudah datang, semabok apapun seseorang pasti klipuk juga. Ngorok senggrak-senggrok kayak suara gergaji sedang melakukan aksi illegal logging. Sesekali diselingi batuk karena tersedak iler.

Nah … rasa kantuk itu  masih ada yang bisa mengalahkan, yakni RISAU. Macem penunggu pasien di emperan ICU rumah sakit itu. Risau karena menunggu dan mencemaskan sesuatu yang menyebabkan kantukpun dianggap angin. Melek semalaman no problem. Ada kekuatan ekstra yang muncul dengan tiba-tiba manakala risau itu datang. Dan tubuh pun merespon serta beradaptasi dengannya.

Dengan ini pula maka kita bisa paham, mengapa Nabi saw bisa sholat malam semalaman suntuk sampai kakinya bengkak. Dakwah tanpa lelah sampai babak belur dan tetap bertenaga terus. Juga riwayat orang-orang yang kuat ngibadah sampai sedemikian hebatnya. Mereka bisa begitu karena menyertakan risau pada amalannya.

Sayangnya kekuatan risau ini lebih banyak diletakkan pada sesuatu yang sebenarnya tak perlu dirisaukan. Orang lebih banyak risau tentang bagaimana mencari sesuap nasi. Satu hal yang sudah dijamin pasti adanya selama hayat masih dikandung badan. Tapi tak pernah risau bagaimana nasibnya nanti di akherat. Apakah selamat ataukah cilaka mencit…??

Sebagian merasa tenang karena salah dalam memahami Maha Pengampunnya Allah. Setiap kali habis mblangsak, mabok, zina, korupsi dan maksiat, yang tertanam dalam dirinya adalah keyakinan bahwa dirinya sudah diampuni. Sampai-sampai ada yang berkeyakinan bahwa semuanya nanti pasti masup sorga, karena Tuhan Maha Kasih Sayang, gak mungkin menyiksa hamba-Nya. Mungkin orang ini belum pernah dibacok anaknya sama garong, belum pernah diperkosa isterinya sama bromocorah dan belum pernah disunduki dan disetrum kemaluannya sama interogator yang memaksa mengakui perbuatan yang gak pernah dilakukannya.

Mulai sekarang, sertakan risau dalam semua urusan kita, agar kekuatan ekstra yang tak kenal lelah membantu kita mengerjakan amalan-amalan kita… ;)


Perjodohan


“Gimana sih mbah caranya, supaya saya bisa mendapat jodoh yang baik?” begitu pertanyaan ini sering berulang ditanyakan ke diri simbah. Pertanyaan ini biasa simbah jawab dengan beragam jawaban, tergantung apakah si penanya ini type pemburu ataukah type yang suka diburu. Untuk type pemburu, simbah suka menasehatkan :

“Lha sampeyan mau mburu apa? Kalo mau mburu kijang, ya jangan blusukan turut waduk! Ntar dapetnya wader sama mujair. Lha kalo mau mburu ikan, ya jangan byayakan masup ke padang pasir. Ntar ketemunya ikan dendeng doang…!”


Biasanya kalo si penanya lepel otaknya hanya lulusan SD, atau lulusan S1 tapi nyogok lanjut bertanya…

“Maksudnya apa itu mbah?”

“Gini lho Dul… Kalau kamu memang mau nyari jodoh yang baik, ya carilah ke tempat-tempat yang baik. Orang-orang baik hanya akan betah tinggal di lingkungan yang sehabitat dengan dirinya, yakni lingkungan yang baik. Cuma masalahnya, kata “baik” itu beda-beda miturut isi jidat masing-masing.”


“Maksudnya apa itu mbah?”

“Lha kalo itu orang dengan latar belakang ilmu agamanya mantabh, yang namanya jodoh yang baik itu ya yang penting sholeh, ngibadahnya tekun, menahan pandangan, gak plerak-plerok kayak kadal ijo, trus patuh tunduk sama rambu-rambu syareat. Tapi kalo orang itu latar belakangnya pemuas syahwat, jodoh yang baek itu ya pokoke yang nyakdhut, moleq monthoq (dibaca dengan qolqolah), mulus, murah senyum, nyah-nyoh, dan cemekel. Masalah ngibadah nomer sewidak rolas. Dan masing-masingnya pasti mendapat sesuai kriterianya.”


“Kok bisa gitu, maksudnya apa itu mbah?”

“Lhaiyo, lha kalo sampeyan macak jadi macan, tentu saja ngiler dan ngeces kalo weruh dan lihat daging. Dikasih rumput mukok-mukok wal muntah. Tapi kalo sampeyan macak jadi wedhus bin gembel, lihat krokot dan rumput semrinthil ndekati…. Jadi mesti klop dengan cocokannya…”

Itu type Pemburu. Nah ada juga yang type diburu. Inipun wejangannya lain lagi…

“Maksudnya apa itu mbah?”

“Wooo… sontoloyo.. bola-bali kok pertanyaannya gitu…!”


“Maap mbah, saya memang sontoloyo.. ha wong propesi saya angon bebek je…”

“Gini lho Sont… Untuk type yang diburu, ya tinggal milih didatengi siapa… Kalo macak jadi daging, ya yang ndatengi dan nyaplok pasti macan dan sebangsanya. Tapi kalo macak jadi suket, ya jangan salahkan siapa-siapa kalo yang nyaplok itu wedhus dan wadyabalanya.”


Dan rupanya itupun terjadi di dunia perbloggeran. Jika sampeyan punya blog, sebenarnya blog itu ibarat piringnya. kalo sampeyan isi gereh petek sama iwak cethul, ya jangan heran kalo yang mampir kesitu adalah kucing. Atau sampeyan isi bekatul, ya mesti saja dirubung dan dithotholi pitik. Karena hanya orang-orang yang sreg dan sejodoh dengan isi blog itulah yang bertahan menanti dan membaca hidangan yang sesuai dengan seleranya.

Akhirnya, memang sebuah blog dengan tulisannya. tidak akan bisa memuaskan semua pihak. Yang sejodoh akan mendukung, dan yang tak sejodoh akan mengingkari. Sebagaimana satu quote yang pernah dilontarkan Bill Cosby :

“Saya tidak tahu apa itu kunci kesuksesan. Namun saya tahu kunci kegagalan, yakni jika anda berusaha memuaskan semua orang.”


Satu cerita pernah dibawakan oleh kalangan tabiin, bahwa mereka terheran-heran dengan adanya seekor burung merak yang runtang-runtung rukun dengan seekor burung gagak. Sebagaimana diketahui, burung merak adalah lambang keindahan, sedangkan burung gagak adalah lambang keburukan dan kengerian… tapi kok bisa rukun. Apa yang mbikin mereka bisa sejodoh? 
Rupanya setelah diamati, kedua burung itu sama-sama pincang. Mereka diikat oleh kesamaan nasib… pincang.

Yang namanya kebaikan hanya akan disukai dan dicintai oleh orang-orang baik. Dan orang-orang baik hanya akan berkumpul dan berjodoh dalam pertemanan hanya dengan orang baik yang lain. Imam Syafii menasehati kita…

“Nilailah saudaramu, dengan cara melihat dengan siapa mereka berteman dan bergaul…!”
Kanjeng Nabi saw bersabda, “Ruh itu saling berjodoh. Yang sejalan dan cocok akan saling mengenali dan berkumpul, sedangkan yang tak sejalan dan bertentangan akan saling mengingkari…..”

Simbah gak tahu, sampeyan orang yang gimana. Tapi simbah hanya berharap, semoga hanya orang-orang baiklah yang menyukai blog simbah…. ;)


Penyesalan


Saya dan sampeyan semua pasti pernah mengalami yang namanya menyesal. Rasanya gak enak. Bukan penyesalannya yang gak enak, namun rasa kecewa yang mendahului penyesalan itulah yang mbikin gak enak.

Tetangga simbah yang sudah mendahului ke alam barzah pernah mengupas perihal penyesalan ini berdasarkan durasinya. Dari durasi yang pendek sampai kepada yang panjang dan lama. Beliau menerangkan berulang-ulang perihal bab penyesalan ini di mimbar Kultum selepas sholat Isya. Sampai pendengarnya blokekan dan ngedumel…. “Halah, bola-bali iki wae. Nyetel kaset sampe nglokor…”

Namun simbah tak pernah bosen tetap mendengarkan materi kultum yang itu-itu juga. Karena simbah mencoba mencari hal yang lain di balik isi kultum yang diulang-ulang macem House Music Extended Version. Di antaranya beliau menerangkan begini :

Penyesalan itu ada beberapa jenis. Dimulai dari durasi yang terpendek adalah sebagai berikut :

1. Penyesalan sehari.
Ini adalah penyesalan ibu-ibu yang salah bumbon dalam masak sayur. Maunya sayur asin malah jadi kasinen. Maunya sayur asem malah jadinya cuka. Maunya mbikin nasi goreng, jadinya malah intip goreng. Ya sudah, nyeselnya sehari itu. Kesalahannya cuma beberapa detik, tapi nyeselnya seharian.


2. Penyesalan seminggu.
Ini penyesalannya bang kumis yang salah model potongan kumisnya. Maunya nyompok macem Einstein, malah salah kedaden jadi kayak Saddam Husein. Maunya nglewer kayak Thompson bersaudara, malah nemplok kayak Hitler. Yah.. akhirnya nunggu seminggu nunggu sang kumis numbuh. Kesalahannya beberapa menit, nyeselnya mingguan.


3. Penyesalan Sebulan.
Ini penyesalannya orang yang salah cukur. Lha cukur kok petakilan, kegunting godegnya mbablas jadi peang… Yo wis.. Nyesel. Kalo mau ngreparasi model yang mbejaji, ya nunggu sebulanan, bahkan bisa lebih. Tergantung rambutnya ini model rambut jagung apa rambut geni…


4. Penyesalan setengah umur.
Ini penyesalan orang yang salah milih isteri. Lha milih isteri cuma dilihat dari penampakan dhohir thok. Nggaya, maunya yang ireng manis. Setelah manisnya ilang tinggal irengnya thok…. nyesel. Pokoke salah niat cari isteri. Lupa kalo manusia itu bosenan. Lha nyari isteri kriterianya gak permanen. Akhirnya setelah bosen, hidupnya penuh penyesalan. Ujung-ujungnya nyari lagi. Yang perempuan nyari brondong, yang laki nyari bronjong, yang bencong nyari brondjong.


5. Penyesalan tiada batas.
Ini penyesalan karena salah milih agama. Semua agama mengajarkan bahwa ajarannya baik, dan orang yang diluar agama itu akan celaka hidupnya. Apakah akhirnya semuanya nanti selamat?? Ini pertanyaan yang baru akan terjawab entar di akherat. Yang jelas nanti akan ada yang salah pilih agama yang akan menyesal tiada batas. Biar gak menyesal gimana?


Allah Maha Adil. Kebenaran itu bisa ditelusur. Panca indera, hati dan akal pemberian-Nya ini bisa mendeteksi kebenaran itu. Jadi kalo sampe gak nemu kebenaran, maka jelas panca indera, hati dan akal kita akan dituntut. Karena mesti ada salah satu atau lebih yang berkhianat dan menipu dirinya sendiri sehingga kita tidak menemukan kebenaran itu. Atau sudah nemu tapi ketutupan. Ada yang ketutupan gengsi, ada yang ketutupan harga diri (yang palsu), ada yang ketutupan duit, ada yang ketutupan pengikut, ada yang ketutupan dalan bayi, dan lain sebagainya.

Maka gunakanlah segala piranti pemberian Allah ini untuk mencari yang benar itu, karena PASTI BISA. Dan untuk penyesalan yang terakhir ini tak bisa diperbaiki sama sekali.

Ada kisah 3 orang yang terjebak di dalam satu goa yang gelap, saking gelapnya hanya bisa grayak-grayak. Lalu ada suara yang memberitahu mereka bertiga, “Ambillah sebanyak-banyaknya batu di goa ini. Karena barangsiapa yang tidak mengambinya akan menyesal. Dan barangsiapa yang mengambilnya juga akan menyesal.”

Maka orang pertama berpikiran, “Ambil sajalah. Ha wong perintahnya disuruh ngambil sebanyak-banyaknya.” Maka dia ambil yang banyak.

Orang kedua bingung, ngambil nyesel, gak ngambil juga nyesel. Maka dia ambil sedikit. Maju mundur merkengkong.

Orang ketiga masa bodo. Ha wong ngambil dan gak ngambil sama-sama nyeselnya, ngapain harus ngambil. Dia gak peduli akan isi perintah untuk mengambil sebanyak-banyaknya.
Maka tiba-tiba mereka bertiga menemukan pintu goa itu. Segera mereka keluar. Setibanya di luar pintu goa runtuh, dan menutup jalan masuknya. Lantas mereka bertiga mencoba melihat apa yang sebenarnya mereka ambil itu. Ternyata emas.

Yang ngambil banyak nyesel, kok gak lebih banyak lagi nyawuknya. Yang ngambil dikit nyesel sak pole. Yang gak ngambil langsung turun berok. Ini semua ibarat. Goa itu adalah masa hidup kita. Emas itu adalah amal sholehnya. Yang amal sholeh saja masih nyesel, apalagi yang membiarkan hidupnya lewat tak berguna.


Jurus Setan


Sebagaimana yang sudah dipahami, yang namanya tokoh sentral kehidupan di alam raya ini adalah manusia, bukan alien, gendruwo, wewegombel, banaspati ataupun sundel bolong. Manusia diiringi oleh dua kekuatan makhluk, yakni malaikat sebagai suporter kebaikan serta syetan sebagai suporter keburukan. Kedua energi negatip dan positip ini setiap detiknya mempengaruhi keputusan manusia untuk beramal. Apakah amal baik ataukah amal jelek.

Di dalam menjalani amal kebaikan, manusia akan selalu dihalangi dan dimusuhi oleh setan dan wadyabalanya. Trik dan tipu daya setan itu banyak macam dan banyak ragam. Dari setan kelas ceremende sampai setan kelas pejabat eselon satu. Nah, berikut ini akan simbah wedar beberapa jurus yang biasa setan gunakan untuk menjlomprongkan manusia.

1. Jurus Pertama.
Ini jurus klasik. Pelaksananya setan kelas ceremende. Tugasnya simpel, yakni menghalangi manusia dari taat pada aturan Gusti Allah. Jadi pokoknya cuma menghalangi dan mbujuki biar manungso gak usah njalani ngibadah. Jurus paling ringan ini saja bisa menjaring banyak pengikut sampai sak arat-arat. Jika sampeyan mendengar omongannya kang Kerto Gentho macem begini, “Halah, ngapain sholat dan sedekah. Buang-buang waktu dan duit saja. Mendingan waktunya dipakai buat yang produktip.”  Maka sebenarnya dia itu sedang dijerat oleh setan kelas ceremende.


Kalo sampeyan di kelas ini saja keok, yo wis lah. Berarti kelas sampeyan cuma kelas teri. Sama setan level pra TK saja kukut.

2. Jurus Kedua.

Setan level ini menggoda manungso yang bertekad mau ngamal dan gak mau dihalangi. Nah setannya nuruti saja niat baiknya. Tapi secara halus dibujuki agar manungso mau “menunda” niat baiknya itu. Setannya mbisiki, “Udahlah sholat, sedekah, dan haji itu memang bagus sih. Tapi entar aja lah. Kamu kan masih muda, itu paling bagus dipakai ndugem saja. Ntar kalo sudah tua mertobat. Amal manusia kan yang penting gimana akhir hayatnya. Daripada sekarang ngamal sholeh trus pas tuwek ngekek malah maksiat… akhirnya neraka juga kan.”


Bujukan setan kelas ini menghasilkan manungso yang kalo diajak ngamal selalu bilang, “Yah, entar kalo sudah saatnya kan njalani juga. Sedekah entar saja kalo sudah nerima rapelan… lha kalo munggah kaji besok saja kalo anak cucu wis dadi uwong.”
Emange saiki isih munyuk…??


Korban jurus kedua ini juga gak kalah banyak. Mungkin sampeyan salah satu di antaranya. Di level kecil korbannya adalah orang yang suka menunda sholat sampai mepet hampir habis waktunya, subuh kesiangan, dlsb.

3. Jurus Ketiga.

Kalo jurus kedua itu sifatnya menunda, maka jurus ketiga ini si setan justru malahan mendorong agar manungso cepat-cepat njalani ngamal sholeh. Weleh, jos tenan. Setan kelas ini levelnya sudah mengarah kepada level khusus.


Mbujuki agar manungso cepet-cepet nglakoni ngamal itu temtu saja dengan konotasi ala setan. Yakni cepet-cepet dalam artian buru-buru. Sehingga karena buru-burunya sang manungso belum siap ngelmunya. Maka beramallah dia dengan tanpa ngelmu.


Sholatnya tanpa ngelmu yang cukup, akhirnya belepotan, taklid ikut-ikutan, pokoke ngene. Hajinya tanpa kesiapan ngelmu, akhirnya cuma plesir pake kemben putih, trus tahu-tahu pulang dipanggil pak kaji dan bu kajah setelah bagi-bagi tesbeh dan sajadah dicampur air zam-zam. Sudah kaji tapi sholat maghrib pirang rokangat ra apal. Semua berawal dari ketergesaan dan ketidak siapan ngelmu akibat diburu-buru setan untuk segera ngamal. Yang bener, segeralah beramal tapi dengan langkah yang tepat, tidak usah buru-buru. Lantas dipelajari ngelmunya secara bertahap agar amalnya dilandasi ngelmu yang mantabh…

4. Jurus Keempat
Jurus ini dipakai setan buat orang yang sudah tak mempan lagi dihalangi dan ditunda ngamalnya, Serta sudah melandasi amalnya dengan ilmu sebaik-baiknya. Maka jurus yang dilancarkan adalah menyerang sisi keniatan si pelaku amal. Segala ngamal ngibadah itu harusnya ikhlas. Tapi si setan membelokkan keniatan itu kepada niat-niat yang tujuan akhirnya adalah makhluk.


Maka disini setan nyebar pirus yang namanya riya’. Yakni ngamal sholeh untuk pamer dan dilihat manusia. Nyumbang masjid gak puas kalo gak dijepret kamera trus dipublikasikan di semua media. Nyumbang anak yatim gak mantabh kalo gak dipilem dan dipidiokan trus disiarkan di tipi. Tampak mesam-mesem puas melihat dirinya muncul di media sedang mbagi-mbagi rejeki, sekaligus menaikkan citra baiknya yang merupakan kredit point positip bagi kelangsungan karirnya.

Selain pirus riya’, si setan juga menebar bakteri sum’ah. Sum’ah ini gak mau amalnya dipertontonkan, gak seneng amalnya dilihat orang. Bahkan seringkali nyumbang dengan nilai besar trus ID nya cuma disebut “Hamba Allah di Bumi Allah”. Tapi ketika dia mendengar orang-orang membicarakan kebaikan si “Hamba Allah di Bumi Allah” itu, hatinya berbunga, bangga, menikmati pujian itu dengan berkata pada dirinya sendiri, “Ha wong aku kok… Gitu lho amalan yang ikhlas. Hanya Allah yang tahu, orang gak tahu… ya persis kayak aku ini.”

Itulah bakteri sum’ah, bukan seneng diperlihatkan amalnya tapi senengnya jika diperdengarkan amalnya. Disebut-sebut amalnya meskipun anonymouse. Kedua-duanya merusak niat ikhlas kita.

5. Jurus kelima
Di level ini jurusnya mangkin maut. Targetnya adalah manungso yang gak bisa dihalangi, ditunda dan diburu-buru untuk ngamal, trus berusaha ikhlas. Jadi untuk manungso yang sudah setengah sumeleh, maka dikirimlah setan jenis pengglembuk ulung.


Setan level ini mbisiki pada manusia, “Wah, sampeyan itu manungso langka lho. Mau ngamal sholeh, masih muda, ilmunya tinggi, lillahi tangala.. jarang lho ada manungso macem sampeyan. Yang lain-lainnya itu kan cuma tengu bangsat, gak ada apa-apanya dibanding sampeyan yang sudah sumeleh.”

Dipuji-puji sama setan setinggi langit lapis sembilan, sehingga melenakan. Akhirnya si manungso kemasupan sipat ujub. Mengherani diri sendiri, menganggap dirinya hebat dan mumpuni. Merasa amalnya sudah sak ikrak tumplak. Jauh dari neraka dan sudah bertetangga dengan surga. Sifat ujub ini melalaikan dan membinasakan. Seyogyanya semua pelaku ngamal sholeh mau meniadakan dirinya di hadapan Allah. Karena sebenarnya Gusti Allah lah yang memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga manungso bisa dan mau menjalani ngamal ngibadah. Kita lemah gak bisa apa-apa tanpa pertolongan Allah swt. Tapi dasar setan… manungso diglembuk, dielus-elus trus dikepruk. Sing dikepruk malah jegegas-jegeges gak ngrasa..

6. Jurus Keenam
Kalo ada manungso yang bisa ngamal, gak menunda amal, berilmu, trus bisa pasrah sumeleh serta yakin bahwa amalnya itu semata-mata atas pertolongan Allah dan ikhlas lilahi tangala, maka dikirimlah setan level advance. Level keenam ini si setan mencari celah. Dibiarkannya lima setan krocok dibawahnya njengkang kalah. Tapi dia jeli dan memanfaatkan momen. Ketika ada kesempatan masuplah dia. Yakni dengan cara membangkitkan emosi si manungso sehingga dia mengundat amalnya.


Mengundat atau mengungkit amalan yang sudah dikerjakan akan menghancurkan pahala amal. Ibarat sudah mbangun gedung sampai jadi, tahu-tahu dibom sampae hancur oleh si pembangunnya.
Biasanya mengungkit atau mengundat amalan dilakukan di saat manungso lengah. Misalnya, ada orang sudah ditulungi, diopeni, tahu-tahu melakukan perbuatan yang menyinggung dirinya. maka akan muncul ucapan-ucapan yang mengungkit kebaikannya. Macem gini :

“Oalah, dulu kalo kamu gak saya openi, kamu masih kere di jalanan. Kalo nggak ditulungi kamu mesti masih ngemis-ngemis. dasar ra nyawang githok.”

“Masjid itu kalo saya gak rintis pembangunannya gak bakalan berdiri tuh. Ha wong orang-orang sini katro semua.”

“halah tiwas tak tulungi… ha kok sekarang malah gak tahu terimakasih. Kalo kamu dulu gak ditulungi jadi apa kamu sekarang.”


Dan masih banyak sekali contoh-contoh yang serupa. Jadi hendaknya yang namanya amal itu ya harus ikhlas ketika sebelum beramal, saat beramal dan sesudah beramal. Trus dijaga sampe mati. Di lepel ini memang mangkin berat. Setannya juga bukan sembarang setan.

Sebenarnya masih ada beberapa jurus yang belum simbah sampaikan. Tapi sementara sampai disini dulu


Kapal Bocor


Beberapa waktu lalu simbah mendapat kabar bahwa beberapa perusahaan leasing mobil di Jakarta ini terancam kukut. Penyebab yang langsung dituding adalah krisis keuangan global. Karena sampai saat ini kata-kata “krisis keuangan global” adalah kata-kata ampuh untuk dijadikan biang kerok segala macam kejadian yang gak mbejaji. Tersiar pula kabar bahwa beberapa perusahaan tekstil dan industri lain mulai memanggil karyawan-karyawannya untuk ditawari memilih satu diantara 2 opsi. Yakni pilih mundur teratur atau mundur kabur. Jika mundur teratur akan disangoni walau gak mitayani. Tapi kalau mau bertahan, diramalkan di awal tahun 2009 perusahaan akan kolaps dan karyawan jangan harap dapat pesangon apapun, karena pemilik perusahaannya gak bakalan mampu dan justru memilih kabur dari tanggung jawab.

Kang Waluyo Pithut, salah seorang pemilik showroom mobil di bilangan Jatinegara mulai menggerutu, “Sebetulnya krisis ini apa tho penyebabnya? Katanya semua ini gara-gara Amerika Koplo. Gara-gara kelakuan mbejat segelintir jidat saja kok mbikin dunia jungkir balik,” keluhnya.
Simbah sendiri gak begitu paham perihal teori-teori ekonomi yang dipakai oleh ahli-ahli ekonomi dunia itu. Tapi yang jelas segala bentuk teori ekonomi yang sekarang ini dipakai, ternyata berujung pada krisis keuangan global seperti sekarang ini. Hampir semua ahli ekonomi menyusun kebijakan ekonominya untuk menyejahterakan rakyatnya. Semua negara menerapkan kebijakan ekonominya berdasarkan saran ahli-ahli ekonominya. Namun melihat krisis keuangan yang sekarang ini sedang melanda, timbul rasa skeptis pada diri para ahli ekonomi itu. Jangan-jangan segala macam bentuk teori ekonomi yang sekarang ini dijalani dan diubal-ubal ajarannya itu sebenarnya semuanya hanyalah sekumpulan “Bull” yang ketemu “Shit” alias omdo. Maka tak heran jika lantas para ekonom mulai mengevaluasi segala macam teori ekonomi yang sebelumnya dipegang menjadi setengah agama itu, baik teori ekonomi kapitalis, sosialis, komunis maupun yang cuma pringas-pringis.

Menurut kang Waluyo Pithut yang memang tak pernah mengenyam sekolah sampai tamat dan tak pernah belajar teori ekonomi yang ndakik-ndakik, segala bencana ekonomi dunia saat ini sebenarnya diawali oleh perangnya si Bush lawan Saddam Husein yang melibatkan rakyatnya. Perang yang akhirnya membahayakan ekonomi Amerika Koplo, didukung oleh meroketnya harga minyak dunia dan perilaku korup yahudi amerika dengan sistem ribanya, menjadi ramuan manjur buat membangkrutkan dan memberantakkan tatanan ekonomi dunia.

Kelakuan Amerika Koplo yang dengan tak sopan mengangkangi negara-negara kecil tak bersenjata demi minyak, hampir tiap hari ditayangkan di tipi. Kelakuan mbejat Amerika koplo dengan segala kelicikannya hampir setiap hari dipertontonkan di hadapan kang Waluyo Pithut sang pemilik showroom, pada Pak Min si penjual sego kucing, pada Lik Gemblong seorang pengusaha odhong-odhong, atau pada pejabat semi penjahat yang memegang keputusan dan kebijakan. Semuanya tak sadar, bahwa tontonan yang dipertunjukkan Amerika Koplo di tipi itulah yang akhirnya mengukut showroomnya Kang waluyo Pithut, mengancam harga bandeng di segonya Pak Min, menggerogoti kempolnya Lik Gemblong yang mengayuh odhong-odhong tanpa penumpang dan membuat jidat pejabat terembat lantaran puyeng mikir tuntutan rakyat yang sekarat.

Kanjeng Nabi menggambarkan perilaku Amerika Koplo itu ibarat serombongan idiot yang sedang melobangi dasar perahu karena hendak mengambil air di bawahnya, lantaran jikalau harus turun naik ngambil air terlalu jauh jaraknya. Sedangkan kita semua ini adalah penumpang di perahu tersebut, namun hanya bengong ngowoh melihat keidiotan sang pembocor perahu tanpa ada yang mengingatkan atau menegur. Di antara penumpang perahu itu ada yang sedang sholat, ada yang sedang doa hewes-hewes, ada yang sedang ndikir, ada yang sedang mbaca kitabullah, namun tak satupun yang menegur perilaku sang idiot yang sedang melobangi perahu. Manakala perahu mulai karam, semua panik. Pertunjukan koplo sang idiot rupanya membahayakan banyak jiwa dengan karamnya kapal. Sang ahli sholat heran, ha wong dirinya rajin sholat kok ikut karam. Sang tukang doa juga heran, ha wong tiap hari mendoa sapu jagad kok juga ikut mau karam. Sang ahli ndikir dan baca kitabullah juga kaget, ha wong selama ini selalu basah lidahnya mengingat Allah kok mau karam juga. Semuanya lupa, karamnya mereka itu lantaran tak ada satupun yang menghentikan upaya idiot sang pembocor kapal.

Salah seorang pasien simbah pernah bertanya, “Mbah, ha wong gara-gara segelintir orang kok semua harus nanggung. Kok bisa begitu itu gimana nalarnya?”

Simbah jawab, “Sampeyan tahu kan, komplek kita ini dulunya tak ada yang namanya polisi tidur. Semua pemakai jalan bisa berjalan dengan mulus tanpa harus ngerem-ngerem menghindari gajlugan polisi tidur. Lalu tiba-tiba ada seorang idiot bergaya Palentino Rosi lewat hampir nyerempet seorang anak kecil yang sedang main di jalan. Dari situlah orang berpikir untuk memasang polisi tidur walau sebenarnya bisa ditempuh dulu dengan menasehati pemakai jalan itu. Namun karena tak ada yang amar makrup nahi mungkar dipasanglah polisi tidur, bahkan sampai ada yang masang polisi nungging karena saking tingginya. Saya tanya sampeyan, jika sudah dipasangi polisi nungging itu, yang kena gajlugan apakah cuma si begajul ngebut ala Palentino Rosi tadi atau semua pemakai jalan termasuk yang ati-ati? Bahkan mbah Wiryo Setliko yang ngonthel dengan kecepatan siput pincang pun terpaksa kena gajlugannya si polisi tidur itu.”

“Masuk akal juga.” Kata pasien simbah tersebut.

Memang harus ada upaya amar makruf nahi munkar kepada para penguasa dunia, bahwa yang mereka upayakan saat ini adalah upaya idiot membocori kapal yang bisa menimbulkan bencana karam global. Amar makruf nahi munkar lah yang menyelamatkan kapal dunia dari bencana karam global. Memang masih ada ratusan juta bahkan milyaran bibir yang berdoa, berdikir, menengadahkan tangan minta keselamatan pada Penguasa Alam Semesta. Namun Sang Pencipta sudah memberi isyarat pada kita semua, 

“Kalian sendiri bisa menyelamatkan nasib kalian. Ada upaya yang bisa kalian tempuh, mengapa tidak kalian tempuh? Mengapa kalian suruh Aku menyelesaikan masalah kalian, sementara jalan penyelesaian sudah Aku tunjukkan pada kalian?”

Malulah Sebelum Malu-maluin


Kemarin simbah menyempatkan diri blayangan ke Pasar Pagi buat survey barang-barang mainan. Sibuk dan ruwet bukan main. Hingga akhirnya simbah sampai di satu sudut jembatan yang baunya minta ampun pesingnya. Rupa-rupanya khalayak ramai sepakat untuk ngrabuk sudut jembatan itu dengan uyuh bin kencing. Dan itu nampak dari beberapa orang yang dengan sengaja wira-wiri masuk kesitu untuk memenuhi panggilan alamnya.

Yang gak enak dipandang adalah prosesi dari ngrabuknya itu. Lha si oknum dengan santainya ngocor sambil singsut-singsut, trus dengan cueknya mengandangkan si waterbird ke paseban. Hampir tanpa tutup, di tengah lalu lalangnya orang. Jangan tanya cebok apa nggaknya. Atau istinjak pakai apa, karena baik air maupun batu tak ada. Kalopun dimungkinkan istinjak, paling dioset-oset ke tembok jembatan… jian malah mikir yang saru tho sampeyan..

Kejadian yang sama pernah simbah lihat di Terminal Pulogadung. Cobalah di siang hari yang terik, berjalan di dalam terminal bisnya. Maka aroma amonia yang nyungsep menggelitiki hidung akan segera menyambut sampeyan. Trus tak lupa pemandangan di kiri kanan, para sopir dengan santainya nguyuhi ban kendaraannya, sambil sesekali ngudud pating sledubh…. terlihat puas.

Padahal nguyuh wal kencing itukan urusan yang sensitip dan membutuhkan privasi. Terbukti orang lebih nyaman melakukannya di ruangan tertutup. Kalopun di ruang terbuka, ternyata ya masih clingak-clinguk macem munyuk ditulup. Berarti masih tersisa endapan rasa malu. Belum semua terkikis. Nggak kayak Sarindi si oknum yang setengah edan, seprapat menying, dan seprapat ra ganep itu, nguyuh ya tinggal mlotrokne kathok. Masalah orang lihat rudalnya apa tidak gak masalah.

Malu itu bagian dari iman. Tapi malu yang pada tempatnya. Dahulu wanita kelihatan dengkulnya saja merasa malu. Bahkan wanita barat pun begitu. Namun seiring dengan waktu, jangankan dengkul, sampai keliatan selangkangannya pun malah ditunjukkan dengan senyum lebar. Mereka bilang itu kan cuma daging dan kulit biasa. Batas aurat yang harus dirasakan malu oleh pemilik aurat pun gak jelas, dan malah dibikin kabur.

Aurat jadi gak jelas definisinya. Ini disengaja, biar bingung mendefinisikan aurat, pornografi dan lain sebagainya. Sebagian orang menganggap yang namanya aurat wanita itu cuma “puting susu” sama “klitoris”. Jadi selama dua barang itu tertutup, masih bisa dianggap menutup aurat. dan itulah yang sedang dikampanyekan oleh sebagian besar jurkam Iblis. Yang lebih ekstrim, ada juga yang gak mengenal aurat. Tubuh manusia itu gak ada auratnya. Pakaian itukan cuma memperindah saja fungsinya. Kalo dengan tanpa pakaian lebih indah, ngapain berpakaian.

Inilah yang akhirnya membuat rasa malu manusia terkikis. Gadis pemalu yang tadinya gak enak kalo pahanya terlihat, berlomba-lomba menggelar tontonan gratis di mana-mana tempat. Kalo ditegur malah nyobrot, “Situ saja yang ngeres otaknya. Lha kalo sudah dasar pikirannya ngeres, lihat pepaya saja asosiasinya sudah macem-macem.”

Yang nyobrot ini gak sadar bahwa type manusia yang dia cap ngeres otaknya itu bukan satu dua orang. Dia hanya berpikir bahwa yang ngeres otaknya itu adalah para kyai bersorban, berjenggot, celananya cingkrang, jidatnya gosong yang mengingatkan dia untuk berpakaian menutup aurat, mereka ini sok bermoral, jumlahnya minoritas, hanya 5% paling banter. Sedangkan selain yang simbah sebut tadi adalah manusia yang layak dipercaya, yakni dari kalangan preman pasar, karyawan kantor berwajah culun, laki-laki monogami yang santun, pria-pria eksekutif dari alam party dugem yang sopan berhati bersih, bromocorah bertato yang pasti tahu adab, yang kalo lihat paha mulus dan payudara montog sama rasanya dengan melihat batu kali. Dan golongan yang ini lebih banyak, 95% lah, miturut statistik mereka. Jadi gak usah kawatir kalo mau ngligo ngumbar kothang.
Gak tahulah simbah, darimana statistik itu. 

Tapi ada salah seorang kawan lama simbah dari dunia dugem yang termasuk dalam 95% manusia santun dan beradab itu, suatu ketika duduk mendengarkan satu ceramah. Duduk di depannya seorang perempuan memakai rok ultra mini. Mungkin gak kuat sumuk, maka dibiarkan ngisis semriwing agak semrowong. Sang kawan lama bertanya pada teman sebelahnya dengan berbisik :

“Nggowo sego opo ora Dul?” tanyanya, pada si Dul kawan dekatnya. Aneh-aneh wae, kok nanya bawa nasi apa tidak nggo opo tho?

“Ora kang. Takok sego nggo opo?” Tanya si Dul.


“Galo kae ono sampil nganggur iso nggo lawuh….”


Keduanya ngakak, saat si kawan lama nunjuk paha mloho yang digelar bak sampil wedhus kambing guling. Mungkin semua orang dianggep kayak si kawan lama ini. Lihat auroth malah ngelih…. dasar kanibal ndeso.


Maka malu itu pokok. Malu yang pada tempatnya. Tempat malu adalah di dalam koridor syareat agama. Ini berlaku dimana-mana tempat. Di jalan, di gedung DPR, di kantor, di terminal dlsb. Kalo malu sudah tercabut, maka bencana besar. Korupsi, kolusi, nepotisme, dan budaya permisif adalah sebagian kecil akibat hilangnya rasa malu. Maka janganlah menjadi orang yang sebagaimana disebutkan cirinya oleh Ki Tamtomo Madipo-dipo di bawah ini :

Isih cilik isinan
Mundhak gede ngisin-isini
Mbareng tuwo ra nduwe isin

(oleh Kamus Pitutur ver.5.2.1 diterjemahkan : waktu kecil pemalu, saat dewasa malu-maluin, saat tua gak tahu malu)

Kesabaran


Malam itu begitu dinginnya. Namun bagi Si Kiwik, spesialis pencuri ayam kelas kamso tidaklah begitu dirasakan. Padahal bagi kulit orang normal, dinginnya malam yang sedikit diselimuti gerimis itu lumayan bisa bikin sering kepuyuh-puyuh beser wal anyang-anyangen. Dengan tenangnya si Kiwik mengincar pitik babon yang sudah mambu wajan, tak lupa juga si jago lurik yang kluruknya bisa mbangunin si empunya ayam.

Setelah berbasah-basah lumayan lama, akhirnya kira-kira pukul dua malam, beraksilah si Kiwik mbedhog pitiknya tetangga simbah. Namun apa daya, ibarat untung dapat ditolak dan malang dapat diraih, dumadakan si pitik kaing-kaing dengan kenceng saat dibedhog. Temtu saja si Kiwik kaget. Lha biasanya dengan ilmu sirep pitiknya yang ampuh itu, si ayam dengan lulutnya manut dibedhog sampai ke rumahnya. Ha kok ayam yang ini malah berontak.

Walhasil seisi rumah tetangga itu pada bangun. Si Kiwik diuber dan dikejar-kejar orang sekampung. Karena dikepung, si Kiwik akhirnya babak bundhas dibandemi massa, sebelum akhirnya diserahkan kepada pihak berwajib. Itu adalah kejadian sekitar duapuluh tahun yang lalu.

Yang simbah herani adalah kesabaran si maling menunggu dan mengincar mangsanya di malam hari itu. Padahal hujan, dingin, ngantuk, dan tentu saja seram karena jam operasinya selalu di atas jam satu malem. Bahkan ada juga yang mengincar satu rumah dengan lebih sabar dari itu. 
Diperhatikannya rumah itu berbulan-bulan, diincer, dan diamati jadwal keluar masuknya si empunya rumah. Bahkan agar lebih mudah akses masupnya, dipacarinya si pembantu rumah tersebut. Padahal si babu rumah itu janda setengah tuwek yang mulai rajin nginang, berwajah ala Limbuk, yang kalo diajak ngobrol berulangkali ngludah dubang (idu abang = ludah merah hasil nginang). Tapi semua tekanan lahir batin itu dijalaninya dengan penuh kesabaran.

Begitu dirasa tepat waktunya, maka mulailah dilaksanakan aksinya ngrampok dan ngukut isi rumah tersebut. Semua diangkut, kecuali Babu STW hasil cinlok yang lantas ditinggalkannya dalam keadaan terikat dan disumpeli kinang sak kepel.

Rupanya untuk jadi penjahat sadis pun membutuhkan kesabaran. Semakin mau bersabar menjalani profesinya, maka semakin profesionallah si penjahat tersebut. Maka berkacalah pada bandit tengik berhati kejem itu. Mereka mau bersabar-sabar menanggung derita lahir batin untuk menghasilkan kejahatan yang rapi dan jali. Semua aksi kriminil yang sukses dan spektakuler membutuhkan kesabaran ekstra dan kecerdasan lebih untuk menjalaninya.

Maka yang simbah ulas tadi adalah jalan yang ditempuh oleh kalangan dunia hitam. Rupanya kunci sukses mereka pun ternyata satu : kesabaran. Lantas bagaimana pula bagi kalangan yang ingin meraih sukses dalam hal kebaikan?? Herannya kebanyakan orang pinginnya instan, ingin cepet-cepet melihat hasil, kemrungsung wal kesusu. Gimana bisa jadi sukses??

Di dalam meniti sukses mentaati aturan Sang Pencipta pun gak bisa instan. Tapi kebanyakan orang gak mau tahu. Pinginnya mereka itu paham agama secara karbitan. Ada yang gemar bokep, blayangan blusukan diskotik, istiqomah mlototin pilem holi maupun boliwud, gak pernah nyentuh Kitabullah dan kitab hadits, tapi kalo mbantah ulama mulutnya nyrocos lancar wal lanyah macem propesor lagi ngomelin mahasiswa hampir DO yang gak bisa njawab pertanyaan matematika kelas pipo londo.

So…. mau jadi bandit tengik saja butuh kesabaran, mengapa untuk menjadi orang yang tunduk manut Gusti Allah pada gak mau sabar??


Maaf Dan Penyesalan


Hari ini adalah hari yang melegakan buat simbah. Ada satu kasus berat yang simbah tuntasken. Seminggu sebelumnya simbah cukup dibikin pusing tujuh puluh keliling dengan kasus ini. Yakni adanya satu sales yang mbalelo dan mbikin kaco proses dol tinuku yang simbah jalanken.
Adalah tadinya simbah memiliki 3 sales yang menjalankan tugas lapangan menjajakan dagangan simbah ke toko dan warung di blusukan metropolitan ini. Ada seorang sales yang mengundurkan diri karena merasa tidak mampu menjalankan tugas. Simbah ijinken, dan sesuai surat kontrak kerja, dia wajib menyerahkan warung-warung yang selama ini dia kelola di lapangan kepada sales penggantinya. Jumlahnya ada lebih dari dua ratus limapuluh warung dan toko.

Setelah menyerahkan sekitar 200 warung, dia gak masup tanpa keterangan. Bilangnya sakit boyok. Simbah kirim obat ke rumahnya. Ha kok setelah ditunggu seminggu belum masup-masup juga. Herannya saat sales penggantinya nagih di warung yang dia serahkan, ternyata sudah ada oknum Mr. Rius yang duluan nagih. Sehingga sales baru tersebut ngaplo gak dapet duit tagihan. Malah dipisuhi sama pemilik warung, karena merasa ditagih 2 kali.. wah .. sakne tenan.

Selidik punya selidik ternyata, oknum Mr. Rius itu si sales simbah yang sudah undur diri tadi. Diem-diem njarah dan nagih ke warung-warung yang seharusnya bukan haknya lagi. Simbah datangi rumahnya, simbah ultimatum jika dalam 2 x 24 jam gak diberesi akan simbah bawa aparat polisi. Hwarakadah, bapak simboknya ngewel ketakutan. Si oknum juga ketakutan dan sekaligus malu. Akhirnya simbah tunggu di rumah kedatangan si oknum agar menyelesaikan masalah.

Hari pertama gak datang. Malamnya simbah kontak konco pulisi agar siap-siap nggrupyuk rumahnya. Alhamdulillah paginya si oknum datang. Wajahnya masih ketakutan, tapi sisi baiknya, dia minta maap dan mengakui semua kesalahannya.

Tadinya, sebelum si oknum dateng, simbah sudah getem-getem campur kemropok pingin ngamplengi gundhulnya si oknum ini. Namun begitu keluar kata maap dan nada penyesalan, simbah gak tega. Di detik-detik ini ada kesempatan niru sifat Allah. Mengampuni dan memaafkan.

Ada yang beda dari ucapan maap dan penyesalan si oknum. Yakni dia sebut kesalahan dan juga detil kesalahannya dan juga mengakui kesalahannya tersebut. Simbah berulangkali menerima ucapan permintaan maap lahir batin dari banyak teman, terutama kemaren saat awal memasuki bulan puasa. Namun ucapan maap dan penyesalan si oknum ini beda dengan ratusan ucapan maap lahir batin yang dikirimkan konco-konco simbah baik melalui SMS maupun komen yang ada disini. Yakni adanya detil kesalahan yang disesali dan dimintakan maap.

Ucapan maap lahir batin yang biasa diucapkan menjelang Romadhon maupun entar saat lebaran, tidak merinci apa yang menjadi kesalahan yang pantas dimintakan maap dan yang disesali. Sangat terasa basa basinya. Sehingga akan terasa sambil lalu. Maap, ini miturut hati simbah lho… mungkin sampeyan beda. Padahal inti dari permintaan maap adalah penyesalan dan keniatan tak mengulang apa yang menjadi kesalahannya tersebut.

Lha kalo yang dimintakan maapnya gak diperinci, lantas kita yang dimintai maap mau ngampuni dan memaapkan kesalahan yang mana kan bingung. Beda kasusnya dengan ucapan maap berikut ini :
“Mbah, mohon maap atas kesalahan saya kemaren. Saya kemaren nyolong mbako semprulnya simbah sak genggem buat mbikin tingwe. Tolong dimaapkan kesalahan saya ini ya mbah….”

Di ucapan maap ini jelas apa yang dimintakan maap, yakni kesalahan nyolong mbako semprul. Bandingkan ucapan maap yang hanya meminta maap, tapi tak disebut kesalahan yang mana yang ingin dimintakan maapnya itu. Padahal sisi paling berat dari meminta maap adalah sisi KEMAUAN DAN KEBERANIAN MENGAKUI KESALAHAN. Lha kalo tidak disebut kesalahan yang mana, maka ini belum ada “Pengakuan Bersalah”nya.


Makanya sehabis salam-salaman pas lebaran, bermaap-maapan trus saling memberi selamat, masih saja ada ganjelan di hati antara satu dengan yang lain. Lha maapnya digebyah uyah gak jelas babar blas. Bermaapan yang sekedar seremonial, mengejar kepantasan, agar enak dipandang mata umum.
Tiap tahun pejabat ngadain open house di rumah dinesnya, ngadain acara maap-maapan. Tapi gak jelas apa yang dimintakan maap pada rakyat. Lha dibalik itu korupsinya jalan terus. Rakyat juga bingung, pejabat dan pimpinannya ini minta maap dari kesalahan yang mana, wong bolak-balik masih mbejat terus.

Selama minta maap masih merupakan acara seremonial untuk mengejar kepantasan, maka tak ada penyesalan atas segala kesalahan yang dilakukan manusia. Selama tak ada penyesalan, maka tak ada pertobatan disitu, tak ada perbaikan dan stagnan dalam kebejatan yang lampau.
Dengan tulus, maapkan kata-kata simbah di atas kalo tak pantas…


Kesetiaan


Dalam satu riwayat disebutkan satu percakapan yang menarik antara Abu Bakar r.a dan anaknya. Sebagaimana difahami, salah seorang anaknya Abu Bakar yang laki-laki masuk Islamnya belakangan setelah perang Badar. Sehingga di saat perang Badar si anak berperang di pihak musyrikin, melawan bapaknya yang berperang bersama kaum mukminin. Berkatalah si anak:

“Wahai bapak, dulu di saat perang badar, aku memiliki kesempatan untuk membunuhmu, dan aku yakin jika aku lakukan maka engkau pasti sudah terbunuh.”

“Lantas apakah yang menghalangi dirimu untuk melakukannya wahai anakku?” tanya Abu Bakar.
“Aku masih memiliki rasa sayang kepadamu. Itulah yang membuat diriku ragu.”

“Itulah sifat kemusyrikan wahai anakku. Loyalitas dan kesetiaan kepada tuhan kalian bisa kalah dengan kecintaan kalian pada yang lain. Sungguh jika aku berada di posisimu saat itu, sudah aku tebas lehermu.”

Salah seorang sahabat Nabi saw yang digelari “Orang Kepercayaan Umat ini” yang gigi seri depannya rontok karena mencabut besi yang menancap di pipi Nabi saw, dan merupakan Panglima Besar Islam, adalah seorang yang tadinya senantiasa menghindari bapaknya di medan perang, karena bapaknya berperang dipihak musyrikin. Dengan kemantapan hati dan kecintaan kepada tauhid, akhirnya dibunuh jugalah bapaknya di medan peperangan. Beliau adalah Abu Ubaidah ibnul Jarrah.
Dalam satu riwayat disebutkan juga, bahwa Umar bin Khathab menyatakan kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya melebihi apapun yang ada di dunia ini kecuali dirinya. Jadi kecintaan pada dirinya masih nomor satu, barulah diikuti kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya. Halini dijawab oleh Nabi saw, bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum dia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi apapun di dunia ini, bahkan terhadap dirinya sendiri.

Jika sampeyan perhatikan, ada yang hilang dari kehidupan beragama dari umat Islam,yakni kesetiaan atau loyalitas. Beragamanya orang-orang yang telah diridhoi Allah, yakni para shahabat Nabi, adalah beragama yang disertai loyalitas pada apa yang diyakini. Beragamanya orang saat ini, apapun agamanya, selalu diikuti loyalitas pada kebesaran nafsunya. Mengaku menyembah Allah tapi loyalitas hidupnya diserahkan pada keluarga, pangkat, jabatan, partai, bendera golongan, demokrasi, selangkangan wanita, perut, pluralisme, dan segala tetek bengek yang diringkes oleh Al Qur’an dengan nama Thaghut.

Dahulu kala, di saat Nabi mengajarkan ajaran wahyu, ada juga si bangsat Musailamah yang mengaku menerima wahyu. Di saat Nabi menerima surat Al Ashr, Musailamah mengaku menerima surat Al Wabr. Di masa kekalifahan Abu Bakar dibentuklah laskar khusus yang dikirim untuk membasmi para bangsatwan. Sang Nabi palsu bangsat Musailamah laknat dipenggal oleh salah seorang saudara Umar bin Khathab. Inilah loyalitas. Kesetiaan pada keyakinan.

Sesungguhnya semua orang memiliki loyalitas. Semua orang mempunyai kesetiaan pada sesuatu. Sabda Nabi mengatakan, “Ad Diinu Nasihah”. Agama itu Nasihah. Nasihah di sini seringkali diartikan nasehat atau wejangan atau petuah. Jika melihat isi keseluruhan haditsnya, makna itu kurang tepat. Nasihah lebih pas jika dimaknai “kesetiaan.”

Agama itu kesetiaan. Kepada siapa? Kepada Allah, Rasul, Kitab, Imam kaum mukminin dan pada umat keseluruhan.

Sudahkah kesetiaan sampeyan diletakkan pada ad diin (agama)? Atau sampeyan letakkan pada karir, jabatan, pangkat, keluarga, golongan, suku, blog, traffic, adsense, rating, rokok, tuak, sosialisme, humanisme, demokrasi, kesetaraan gender …. Atau thaghut??

Berapa kali sampeyan telat masuk kantor dan bandingkan dengan berapa kali sampeyan telat sholat jamaah lima waktu?? Lebih loyal pada apa sampeyan?


Jujur Gak Bakal Hancur


Sekitar dua tahun yang, di saat simbah asyik metangkring di satu cakruk sambil mengamati mobil simbah yang sedang dicat, duduklah bersama simbah seorang sahabat simbah beserta seorang mantan tukang kepruk lokalisasi Kramat Tunggak yang luntang-lantung nyari kerja, sebut saja namanya si Gopar.

Waktu itu simbah dan sahabat simbah sedang ngetuprus membicarakan perihal kejujuran. Sambil nyantai simbah mituturi si tukang cat mobil itu, sesekali ditambahi pitutur dari sahabat simbah. Sebutlah si tukang cat mobil itu si Osrat, jagoan cat yang sudah kawentar hasil catnya mesti kinclong..

“Srat, pokoke kerja yang tekun, ulet dan yang terpenting jujur. Jangan nipu. Kalo nipu, bagaimanapun caranya, hidup gak bakalan sukses.” kata sahabat simbah pada si Osrat.
“Lha itu, koruptor-koruptor itu pada sugeh mblegedhu dari hasil nipu… nyatanya hidup enak mbah..,” sergah Osrat pada simbah.

“Halah, enak apanya? Wong hidup dihantui kebohongan kok enak.. Lagian emangnya kesuksesan hidup itu kayak mereka..?? Wah jauh Srat.. Mereka itu sedang menggali lobang neraka di dunia. Kalo di akherat, nggak usah digali, nerakanya sudah tersedia dan dalem. Jikalau ada bayi dicemplungin ke situ, sampe ke dasar neraka sudah jenggoten saking dalemnya…, mau hidup kayak gitu..!!??” jawab simbah.

Dua tahun telah berlalu……….

Pada satu malam, kira-kira dua minggu lalu, sahabat simbah itu dipanggil seseorang di satu cakruk.
“Pak-pak, mampir dulu pak. Bapak masih inget saya?” tanya orang itu.

“Wah, siapa ya?? Lupa-lupa inget…,” jawab sahabat simbah.

“Saya si Gopar yang waktu itu ikut ndengerin bapak dan mbah dokter ngobrol di cakruk dulu itu… Boleh minta waktunya pak. Saya mau ngobrol sebentar…” pinta si Gopar.

Setelah tersedia teh anget, ngobrollah si Gopar dengan semangat yang menggebu-gebu.

“Waduh pak, saya berterimakasih sekali lho atas nasehatnya pada waktu itu. Itu lho waktu ngobrol sama mbah dokter dulu itu. Saya itu heran ha wong obrolan kok lain-daripada yang lain…” kata Gopar.

“Lain gimana Par?”
tanya sahabat simbah.


“Saya itu sudah gaul sama haji-haji, kemana-mana kumpul. Kenal juga sama ustadz-ustadz, yah saya kan pingin mertobat, ha wong bertahun-tahun jadi tukang kepruk mbodiguard di Kramtung. Tapi meskipun haji, ustadz atau apapun namanya, kalo kumpul sama mereka itu yang diomongin mblangsak semua. Menasehati orang boleh jago di mimbar, tapi kelakuannya moorsaaal… Jadi kalo mereka ngobrol, meskipun isinya nasehat.. ya lewat saja. Ha wong kita tahu kemana blusukannya dan gimana kelakuannya..”

“Lha terus…?”


“Lha ini yang ngobrol bukan kyai, haji juga nggak, malah dokter… eee.. ngomongin kejujuran. Tadinya saya sudah putus asa lho pak pada kejujuran. Ha wong orang jujur hidupnya pada ancur semua. Lha dulu itu mbah dokter sama bapak malah bilang, dengan kejujuran hidup malah sukses. Makanya saya pingin membuktikan omongan itu…”

“Trus gimana… terbukti nggak?”

Maka berceritalah si Gopar, bagaimana dia ketemu seorang yang rusak motornya dan mogok di jalan. Orang itu adalah orang batak, marga Gurning. Anehnya dia muslim. Pak Gurning ini minta tolong Gopar buat memperbaiki motornya. Maka diopreklah hingga sehat lagi motor itu. Pak Gurning senangnya alang kepalang. Dikasihlah si Gopar seratus rebu ripis. Tapi oleh Gopar tak semua diterima.

“Maap pak, cukup duapuluh rebu saja. Ini Kebanyakan, terimakasih. Wong modal barang sama tenaganya gak lebih dari segitu…” kata Gopar waktu itu.

Maka heranlah pak Gurning ini, ada orang sejujur itu. Lalu diundanglah si Gopar untuk main ke rumahnya. Karena si Gopar itu pengangguran luntang-lantung, maka dimintalah dia mberesi dan mbersihkan rumah pak Gurning untuk kemudian diupah. Si Gopar jalani dengan agak bertanya-tanya. Masalahnya saat dia ngepel lantai, nyapu kamar dan mberesi ruangan-ruangan rumah, berceceranlah barang-barang berharga gemletak di mana-mana. HP, uang limapuluh rebuan, bahkan seratus rebuan, jam tangan mahal, semuanya tergeletak sembarangan. Kalo ditilep satu saja, nggak ada yang lihat. Tapi si Gopar merasakan, mungkin itu adalah ujian kejujurannya. Maka didiemkan saja barang-barang itu.

Selesai mengerjakan tugas itu dia menerima upah yang luar biasa banyak. Beberapa hari berjalan seperti itu, sampai akhirnya pak Gurning menyuruh dia untuk cari sebidang tanah di kampungnya buat nyawah. Diutuslah Gopar dan dipasrahi duit 50 juta ripis cash. Si Gopar sampai gemeteran megang duitnya. Seumur-umur belum pernah dia megang duit sebanyak itu. Dan dengan 50 juta di tangan, dia berhasil membeli tanah yang lumayan luas. Ha wong tanah di desa itu paling semeter dihargai limarebu ripis.

Oleh pak Gurning dia disuruh nyawah dengan hasil fifty-fifty. Setahun lewat, pembagian hasil berubah, 70% buat Gopar, 30% buat pak Gurning atas keputusan pak Gurning sendiri.

“Sekarang saya sudah bisa beli tanah dan motor atas bantuan pak Gurning juga pak. Saya merasakan bener bagaimana hidup jujur itu ternyata mbikin kita bener-bener sukses pak, karena saya selama itu selalu menjaga omongan dan tindakan saya agar selalu tepat. Apalagi pak Gurning itu orangnya juga menghargai kejujuran. Bahkan kalo sudah janji, saya telat semenit saja langsung saya gak diajak ngomong seharian oleh beliau….” kata Gopar pada sahabat simbah.

“Yah begitulah hidup Par.. kejujuran itu bagaimanapun lebih dihargai oleh manusia daripada kebohongan. bahkan tukang bohong pun menghargai kejujuran..”

“Saya malah kasian sama si Osrat pak… katanya dia nyolong uang bapak ya…?? Sekarang dia hidupnya kesrakat. Kemaren barusan saya kasih uang.. lha ngliatnya saya gak tega… Orang kok milih hidup jalan pintas…” kata Gopar.

Ya, begitulah. Si Osrat yang justru simbah dan sahabat simbah pituturi, akhirnya nilep uang sahabat simbah saat dipekerjakan di bengkelnya. Totalnya mencapai 2 jutaan ripis. Gak banyak. Tapi cukup untuk menjatuhkan vonis bahwa orang itu gak jujur. Berita tersebar, orang akhirnya gak percaya lagi sama si Osrat. Gak mau pakai tenaganya lagi. Hidupnya malah makin kesrakat. Terakhir simbah lihat si Osrat lagi mbantu jadi kenek bengkel dengan upah yang gak mitayani. Sementara si tukang Kepruk lokalisasi Kramtung yang cuma nebeng denger pitutur, malah jadi berubah menjadi orang yang sukses dengan bekal kejujurannya.

Sebelum menutup pembicaraan, sahabat simbah berkata : “Satu hal lagi Par.. kamu kan sudah merasakan buah kejujuran kamu, sekarang ada satu nasehat lagi yang kalo kamu jalani bisa mbikin hidup kamu tambah hebat lagi…”

“Apa itu pak?” tanya Gopar.


“Kerjakan sholat 5 waktu…..!”

“Wah.. iya pak.. saya sudah mulai latihan kalo yang itu…” kata Gopar sambil cengar-cengir.
Yang simbah ceritakan di atas adalah kisah nyata. Simbah saja sampai kaget ndengernya dari sahabat simbah. Ha kok ada lho yang akhirnya berubah hanya dengan nebeng denger orang ngobrol. Maka dari itu, ngomonglah, nulislah, mikirlah dan bertindaklah yang baik-baik, maka orang-orang yang ada di sekitar kita akan bisa menuai kebaikan itu, dan kebaikan itu akan kita tuai juga hasilnya… ;)