Jumat, 02 Oktober 2020

ISTIGHFAR

Punya anak 11 bukanlah beban ringan. Itu yang simbah rasakan saat ini. Apalagi separoh lebihnya masih anak-anak usia SD dan Balita. Yang kalau main, pecicilannya bikin rumah amburadul kayak kapal pecah tenggelam dibom atom trus diorak-arik.

Dan mau tak mau hampir setiap hari simbah harus bersabar menata ulang kasur, sprei, meja, kursi, dan perabot lainnya. Perabot rusak sudah tak terhitung. Beberapa benda simbah beli berulang-ulang karena juga berulang-ulang diremuk sama anak-anak. 

Semisal kacamata. Sudah berapa kali beli baru lagi, sampai lupa. Lha si kriwil yang 2 tahun kalo ketemu kacamata simbah, nafsu buat nekuk-nekuk framenya muncul. walhasil kacamata selalu prothol. Gelas, piring, dan mug jelas langganan buat jatuh pecah. Yang rutin harian bikin pegel adalah sprei dan kasur. Sehari harus ditata berulangkali karena buat ajlug-ajlugan. Spring bed yang ancur sudah beberapa. Sebagian sudah direcycle dan diperbarui. Efek samping anak-anak suka lonjak-lonjak dan pecicilan di tempat tidur.

Sebagai orang tua, saat membenahi semua keamburadulan itu simbah kadang ya ndongkol. Tapi ya pigimana lagi. Memang kelakuan anak-anak yang masih precil ya begitu itu.Apalagi kalau pas dimarahi mereka minta maaf, wah maknyes nyang ati. Maka walaupun setiap hari ada kejengkelan saat mbenahi semua kekacauan yang ada, namun saat lihat wajah anak-anak yang culun dan kadang mbantu merapikan kamar, hati simbah ya ayem lagi.

Simbah jadi ingat sama Gusti Yang Murbeng Dumadi, Allah subhanahu wa ta'ala. Simbah sampai yakin, mungkin kita ini dilihat Allah sebagaimana orang tua lihat pecicilan anak-anaknya. Lha tiap hari lihat hamba-Nya bolak-balik maksiat, padahal sudah dilarang. Lalu setelah itu istighfar. Habis istighfar rada mapan, maksiat lagi. Lalu istighfar lagi. Itu kan ibarat kayak anak-anak yang tadinya ngorak-arik kasur lalu dirapikan lagi, trus berantakan lagi trus dirapikan lagi. 

Saat morak-marik ya bikin dongkol. Tapi saat lihat wajah-wajah culun yang penuh penyesalan, semua hilang.

Lha simbah yakin, Allah itu lebih dari itu. Ampunan Allah sudah pasti tersedia bagi yang mau mengambilnya. Meskipun si hamba berulang-ulang melakukan hal sama. Simbah yakin selama masih mau menyesal dan istighfar. tetap akan diampuni. 

Justru saat si hamba mulai enggan ambil istighfar karena tahu nanti akan maksiat lagi, itu justru moment setan ambil bagian. Dimasukkan syubhat ke dalam hati si hamba, "Ngapain lo istighfar, toh ntar maksiat lagi. Allah kagak mau istighfar model gituan. Jadi istighfarnya ntar aja kalau sudah numpuk banyak lalu baru tobat beneran. Jadi kagak malu-maluin."



Ada yang bertanya kepada Al-Hasan al-Bashri:

"Apakah kita tidak malu kepada Allah jika beristighfar minta ampun dari dosa kemudian kembali maksiat lalu istighfar lagi kemudian maksiat lagi."

Beliau menjawab: "justru syaitan berharap menang dari kita dengan sebab meninggalkan istighfar.
Maka Janganlah kalian bosan beristighfar!" 

Nah, sumangga biasakan istighfar berulang-ulang. Bencana sebenarnya adalah saat kita enggan beristighfar setelah maksiat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar